Pada Oktober 2024 lalu, saya ikut berkeliling museum Mpu Tantular bersama Bersukaria Walk Surabaya. Ini menjadi sebuah acara berkesan karena biasanya acara jalan-jalan Bersukaria diselenggarakan di Surabaya dan pada saat ke museum Mpu Tantular di Sidoarjo, saya baru saja berulang tahun di minggu terakhir September, jadi ini semacam hadiah kecil buat diri sendiri.
Sejarah, bangunan kuno, dan museum adalah hal-hal yang saya sukai ketika sedang traveling. Sudah lama saya tidak berkunjung ke museum yang bisa kita lihat ketika sedang melalui jalan layang di depan SMAN 1 Sidoarjo.
Museum yang Dirawat Sangat Serius
Ketika masuk ke dalam pelataran museum, saya sudah berdecak kagum dalam hati. Sejak dari gerbang utama, saya bisa melihat banyak arca dan juga batu-batu prasejarah yang disusun rapi di halaman.
Tur museum dimulai dari halaman museum dan rombongan Bersukaria Walk Surabaya menikmati cerita storyteller. Saya mendengarkan sambil membuat catatan dan menahan sengatan panas yang lumayan bikin keringat kering.
Sudah Ada Sejak Sebelum Indonesia Merdeka
Museum Mpu Tantular sebenarnya berasal dari Surabaya dan diresmikan pada 25 Juli 1937. Bangunan museum ini awalnya ada di daerah Tegalsari, Surabaya, dan dimiliki oleh sejarahwan yang juga seorang kolektor barang kuno asal Jerman.
Sejarahwan bernama Godfried von Faber dulu bekerja sama dengan pemerintah kota Hindia Belanda di Surabaya. Dari Tegalsari, lokasi museum pindah ke lokasi yang sekarang jadi SMA Trimurti.
Setelah Jepang datang, museum pun terbengkalai, tapi isinya bisa diselamatkan. Mr. Faber wafat pada tahun 50-an dan lokasi museum direlokasi lagi di daerah dekat Taman Bungkul yang sekarang menjadi Museum BI.
Pergantian Nama
Nama awal museum ini adalah Stedelijk Historisch Museum Soerabaia lalu berganti menjadi Museum Mpu Tantular. Museum ini juga diklaim sebagai museum pertama dan terlengkap di Jatim. Perpindahan terakhir adalah di Sidoarjo hingga sekarang.
Mr. Faber sebagai pendiri sekaligus kolektor pertama jarang mengoleksi arca. Koleksinya kebanyakan barang antik atau punya nilai sejarah. Tambahan koleksi seperti arca ini yang bisa kita lihat saat ini merupakan tambahan dari pemerintah daerah.
Lingga-Yoni |
Saya yang belasan tahun lalu berkunjung ke museum ini untuk tugas sekolah jelas merasa bangga dengan perubahan yang ada di dalam museum. Dulu, semua koleksi berada di dalam gedung, sekarang saya bisa menikmati koleksi sejak berada di halaman. Jadi serasa ada di taman sejarah. Pergantian nama museum hingga lokasi ternyata diikuti dengan perawatan serius oleh pemerintah daerah. Bangga banget saya sebagai warga Sidoarjo.
Koleksi dari Era Pra-Sejarah
Apa saja koleksi yang sempat saya catat? Untuk koleksi pra-sejarah, terdapat patung primitif dari Vanuatu yg dibuat bangsa Polonesia pada era Pra-Aksara.
Pose dulu |
Bangsa Vanuatu disebut suka menjelajah hingga ke Indonesia. Patung peninggalan bangsa tersebut ditemukan di Bondowoso. Kemudian, ada juga patung dengan motif Manusia Kangkang yang paling umum dan sering ditemukan di banyak Indonesia.
Hadiah dari Negeri Tetangga
Di halaman ini juga bisa kita lihat arca Buddha yang menunjukkan 4 arah mata angin. Memasuki lantai 1, kami mendengarkan cerita dari latar belakang koleksi yang asalnya dari negara tetangga seperti Tempayan Myanmar dan gentong dari Cina.
Saya juga terkesima ketika melihat Meriam Lela yang menggunakan Black Powder sebagai bubuk mesiu. Tiongkok memberikan meriam tersebut ke Majapahit pada 1609 M.
Saat dulu mampir untuk mengerjakan tugas Sejarah dari sekolah, saya hanya melihat koleksi prasasti dari ukiran batu seperti koleksi biasa. Setelah rajin ikut walking tour dan menulis artikel traveling di blog tiap mengunjungi tempat bersejarah, pandangan saya makin berubah.
Sejarah itu menarik apalagi jika disampaikan dalam sesi walking tour. Makanya, walking tour menjadi hobi baru saya sejak akhir 2022.
Salah satu hadiah dari negeri tetangga lainnya adalah Nekara yang asalnya dari budaya Dongson, Vietnam. Nekara tersebut dulu digunakan seperti gong untuk ritual memanggil hujan.
Nekara |
Dongson juga disebut sebagai bangsa yang mempengaruhi kultur Asia Tenggara. Makanya, jejak peninggalan sejarah itu bisa dilihat di negeri lain seperti Indonesia. Dari Nekara, kami mengamati terakota yang banyak ditemukan di era Majapahit. Saat era Majapahit, nampak unsur kebudayaan Cina yang diadaptasi, contohnya seperti terakota.
Koleksi Berharga Lainnya
Siapa yang tidak suka dengan emas? Saya sih suka banget, hehe. Ketika memasuki sebuah ruangan tertutup dan dilindungi dengan pintu teralis, saya penasaran dengan isinya. Ternyata, ini adalah ruangan yang menyimpan koleksi super mewah. Isinya perhiasan-perhiasan dari emas asli sejak era kerajaan.
Di depan ruangan penyimpanan harta |
Pengunjung hanya bisa melongok dari pintu depan dan menjulurkan tangan untuk mengambil foto atau video ruangan. Saya yakin ada CCTV yang mengarah pada ruangan ini. Ini jelas harta karun sangat berharga.
Foto ruangan |
Di dalam ruangan penting ini, terdapat perhiasan raja yang dikenakan di dada seberat 1260 gram. Para raja di Majapahit mendapatkan perhiasan tersebut dari Cina dan negara sahabat lainnya. Raja sangat suka dengan emas, bahkan pasukan Majapahit menggunakan senjata bersepuh emas.
Untuk lantai dua sendiri isinya adalah koleksi barang antik dari pemilik pertama museum ini seperti pistol revolver tahun 1800-an, sepeda kuno, telepon antik, dan lainnya. Kita juga bisa melihat koleksi benda-benda kebudayaan dari berbagai daerah.
Wisata museum Mpu Tantular bersama Bersukaria Walk Surabaya ini sangat menyenangkan. Walau hanya kunjungan museum, ternyata lumayan capek juga. Mungkin karena cuaca super panas sampai AC di dalam museum rasanya kalah. Overall, saya bangga dengan penataan koleksi museum dan semoga ini menjadi salah satu agenda rutin di Bersukaria.
Tidak ada komentar
Posting Komentar