Walking Tour Menjelajahi Darmo Boulevard



Setelah lama absen, akhirnya saya kembali lagi walking tour dengan Bersukaria. Bulan Mei lalu saya memilih rute pagi Darmo Bouleverd. Saya naik kereta komuter pukul 07.30 dari Sidoarjo dan turun di Stasiun Wonokromo. Titik kumpul di depan Perpus Bank BI yang lokasinya di Jalan Taman Mayangkara No. 6, Darmo, Surabaya.


Kenapa Suka Walking Tour?

Banyak teman-teman yang bertanya, kenapa saya kok suka sekali ikutan walking tour? Bagi saya yang suka banget sama sejarah dan jalan kaki, walking tour itu bisa menjadi kesempatan untuk menggali cerita di sudut kota yang selama ini cuma saya lewati sepintas.

Saya mengikuti acara walking tour dari Bersukaria Surabaya dan acara komunitas yang titik kumpulkan dari Rumah Budaya Sidoarjo. Selain jalan-jalan di tempat unik nan tersembunyi, cerita di balik bangunan tua dan jalan yang ada di kota Surabaya atau Sidoarjo itu beneran bikin candu. Otak saya sebagai penulis bisa berkelana di masa lalu.


Area Elit Surabaya dan Keunikan Bangunannya

Perjalanan dimulai dari Perpus Bank BI bersama Kak Mufika dari Bersukaria Walk Surabaya. Saat saya tiba, baru ada sedikit peserta yang hadir. Jadi, saya ikut menunggu.

Setelah peserta lengkap, Kak Mufika membuka dengan sesi perkenalan antarpeserta dan mulai menjelaskan latar belakang Darmo Boulevard. Kawasan Darmo ini dianggap sebagai kota pembuka Surabaya. Dulu, Surabaya dibagi dua yaitu Kota Atas dan Kota Bawah. Kota Atas itu dimulai dari titik sekitar JMP, sedangkan Kota Bawah dimulai di daerah Darmo.

walking tour darmo boulevard
Perpus BI

Perpus BI

Perpustakaan Bank Indonesia (BI) ini dulunya adalah rumah untuk karyawan bank Hindia-Belanda. Desainnya unik dan dibangun di tanah seluas 4140 m2 pada 1920. Ventilasi atapnya tinggi khas deasin arsitektur kolonial sehingga ruangan terasa sejuk.

Bangunan tersebut mencampurkan tiga gaya arsitektur yaitu kolonial, Hindu, dan budaya Jawa. Uniknya, bangunan museum ini sempat jadi Museum Mpu Tantular, lalu kini menjadi Perpustakaan BI, sementara Museum Mpu Tantular pindah ke Sidoarjo.

Apa saja yang ada di dalam Perpustakaan BI? Di dalamnya terdapat sekitar 15 ribu buku, ruang baca anak, ruang komputer, serta ruang bermain. Jadwal bukanya Senin-Sabtu dari pukul 08.00-17.00. Makanya, di hari Minggu ketika ada walking tour, kami tidak bisa masuk.

"Rute ini disebut Darmo Boulevard karena dulu daerahnya jadi kawasan perumahan kolonial. Banyak rumah arsitektur indah yang masih terawat," ujar Kak Mufika kepada rombongan.

Saya jadi tahu juga kalau  di dekat Taman Bungkul terdapat makam sesepuh sekaligus penyebar agama Islam yang disebut Mbah Bungkul. Taman Bungkul dahulu diberi nama Darmo Park. Darmo Park seluas 900 m2 hanya difungsikan sebagai taman biasa, tidak seperti sekarang setelah menjadi Taman Bungkul yang bisa dipakai jalan-jalan dan berolahraga.


Makam Mbah Bungkul

Dulu, ada seorang tumenggung dari Majapahit yang memeluk Islam setelah bertemu Sunan Ampel. Mbah Bungkul ini diyakini sebagai sosok misterius sehingga sulit diketahui penampilan aslinya.

Mitosnya, jika ada yang ingin membongkar sosok aslinya, akan terjadi hal yang kurang baik. Ia adalah sosok alim yg menyebarkan agama Islam di Surabaya. Sekarang, makamnya menjadi jujukan tempat ziarah. Di dalam area makam, ada beberapa kendi air yang diyakini membawa berkah. Gapura menuju area makam bentuknya mirip dengan yang ada di Makam Sunan Ampel.



Gereja Katolik Bebas St Bonifacius

Di dalam sesi jalan-jalan waktu itu, ada satu tempat yang menjadi lokasi favorit saya selama rute Darmo Boulevard. Tentu saja karena bangunannya berdiri cantik dengan nuansa arsitektur Eropa. Saya memang ngefans dengan bangunan-bangunan kolonial seperti itu.

walking tour darmo boulevard
Sudut-sudut gereja cantik banget

Kami berkunjung ke Gereja Katolik Bebas St Bonifacus setelah menjelajah area Makam Bungkul. Yang menarik mata saya tentu saja bangunan yang didominasi warna putih. Tidak megah memang, tetapi terkesan hangat dan halamannya juga cukup luas. Saya penasaran dengan istilah 'Gereja Bebas' itu.


Ternyata, umat Gereja Katolik Bebas ini merupakan aliran berbeda dengan ortodok. Gereja ini tidak mengimani Katolik Roma atau Vatikan dan pastornya pun diperbolehkan untuk menikah. Bangunan gereja juga sudah masuk cagar budaya.

Santo Bonifacius dikenal sebagai pemberantas kekafiran di Jerman. Ia menyebarkan ajaran Injil dan diangkat menjadi uskup di daerah Belanda dan Jerman pada 723. Jamaah Katolik Bebas jumlahnya tidak terlalu banyak sehingga yang masih aktif hanya di Surabaya dan Depok.


walking tour darmo boulevard
Terik, tapi bikin betah

Di dekat area gereja, kami mampir ke bangunan kecil yang menarik perhatian, namanya Sanggar Penerangan. Tempat tersebut menjadi tempat para pembelajar ilmu Theosofi yg mempelajari keagamaan dan filsafat.


walking tour darmo boulevard
Pembelajar Theosofi ternyata masih eksis

Ayah Bung Karno juga sering berdiskusi dengan pembelajar Theosofi. Bangunan sanggar berdiri sejak 1928. Theosofi ini disebut sering bersinggungan dengan Freemasonry karena dulu tempat untuk para anggotanya berkumpul sering kali di tempat yang sama. 


RS Darmo dan Sekolah Santa Marian

Rumah Sakit Darmo adalah satu rumah sakit tertua di Surabaya Usia rumah sakit ini udah 100 tahun ketika mencapai tahun 2021. Rumah sakit ini dibangun oleh organisasi yang fokus pada kesehatan dan pelayanan masyarakat yang dipimpin oleh HJ Overhauss. 



Desain rumah sakit dirancang oleh Osman Citroen. Disinyalir di depan rumah sakit ini ada dua gundukan menuju bungker yang bisa tembus sampai kawasan Pabean. Ketika perang 10 November, AWS Mallaby sempat diabwa ke RS Darmo, tetapi tidak terselamatkan. 

Puas berfoto bersama dan mendengarkan cerita di RS Darmo, tujuan jalan kaki kami berikutnya menuju SMA Santa Maria. Sekolah ini dibangun oleh suster-suster untuk menginisiasi pendidikan di kawasan Sirabaya. 

Karena kawasan Darmo ini sudah berkembang menjadi perumahan untuk masyarakat Eropa setempat, para pendiri sekolah berpikir untuk membangun sekolah setingkat SMP (HBS). Sekarang, sekolah tersebut berkembang menjadi TK hingga SMA sejak 1951. Semasa perang melawan Sekutu pada 10 November, sekolah itu menjadi markas tentara pelajar Indonesia. 


Perbandingan sekolah zaman dulu dan sekarang

Walking tour menjelajahi Darmo Boulevard ini menjadi rute kesukaan saya setelah rute Kota Eropa. Apakah kamu ingin mencoba wisata sejarah yang berbeda dan tinggal di area Surabaya dan sekitarnya? Buruan cek Instagram @bersukariawalksby ya. 

(Baca Juga: Gereja Pink dan Ho Chi Minh City Book Street)


3 komentar

Adi Pradana mengatakan...

asik juga ya walking tour menjelajahi darmo boulevard

Reffi Dhinar mengatakan...

Cek Instagram Bersukariawalksby. Kak. Seru bangeet.

Fanny Nila (dcatqueen.com) mengatakan...

Aissssh seruuuuu mbaa. Aku tuh juga sukaaa walking tour begini. Krn bisa tahu banyak cerita sejarah dari suatu tempat kan. Kalo sedang travelling ke LN sebisa mungkin aku juga cari walking tournya mba.

Dan bangunan2 lama begini selalu menarik perhatian memang. Dengan cerita sejarahnya, bentuk yg unik dan klasik, serta dengan segala mitos dan legenda.

Jd tahu ada aliran Kristen bebas. Ternyata beda lagi ama katholik dan Ortodoks apalagi Protestan ya ☺. Aku sendiri pas ke Belarus jd paham kalo Ortodoks juga beda ama Kristen lain, dan sebenernya paling mendekati islam ibadahnya.

Itulah serunya kalo ikut walking tour ya mba, jd banyak dpt informasi yg baru bagi kita