Launching Buku Antologi Melintasi Badai dan Menolak Rapuh

 



Launching buku antologi Indscript Creative pada 1 Juni 2024 lalu layak disebut sebagai acara inspiratif yang menguatkan sesama perempuan. Tidak hanya ada pengenalan isi buku, tetapi juga inspirasi dan kisah mengharu-biru dari para penulis yang meluruhkan kebuntuan hati hingga menangis haru.

Zoom meeting dibuka oleh Teh Indari Mastuti, selaku Founder dan CEO Indscript Creative yang memperkenalkan dua judul antologi terbaru tersebut. Antologi Melintasi Badai dan Menolak Rapuh bisa dibilang menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Kedua tema tersebut turut merangkum cerita-cerita nyata dari para penulis. Kita pun akan merenung dan semakin bersyukur.


Menulis Itu Menjadi Kunci Banyak Hal

“Menulis itu tidak menyeramkan. Kita bisa mulai menulis dari antologi,” ujar Teh Indari lewat sambutannya.




Ketika kita mendengar kata ‘menulis’, ada berbagai ketakutan dan keraguan apakah cerita yang kita buat tidak akan dihujat pembaca. Lewat program penulisan antologi Melintasi Badai dan Menolak Rapuh ini, para penulis yang tidak punya latar belakang kepenulisan



Setelah Teh Indari Mastuti menyampaikan sambutan di acara Zoom, beliau juga menjelaskan tentang daftar acara atau rundown yang diselenggarakan dari pukul 10 hingga selesai. Menariknya lagi dalam acara ini, penulis antologi diberi kesempatan untuk menceritakan proses di balik layar penulisan naskah mereka.


Penulis pertama yang diberi kesempatan berbicara setelah sambutan selesai adalah Diyah Andika Sari. Ia adalah seorang dosen yang tertarik untuk menulis setelah melihat berbagai postingan yang diunggah oleh Teh Indari di akun Instagramnya. Ia juga berterima kasih karena pada akhirnya ada karya yang bisa dihasilkan walaupun sebelumnya merasa tidak percaya diri dengan kemampuan menulis.


Selanjutnya, ada cerita dari Cut Sera yang mulanya sangat takut dengan menulis. Alasannya,  karena ia merasa tidak layak atau tidak mampu dengan kualitas tulisannya sendiri. Apalagi Cut Sera juga sudah menjalani proses menulis buku Solo, tapi tidak kunjung selesai. Maka, dengan mengikuti program antologi yang sudah dibuat oleh Indscript, akhirnya cita-cita untuk menulis sebuah karya yang bisa dinikmati oleh banyak pembaca bisa terwujud.

 

Mengenai Melintasi Badai dan Menolak Rapuh

Ada banyak alasan mengapa antologi Melintasi Badai ini dicetuskan idenya. Semakin mendalami dan menyimak apa yang disampaikan oleh Teh Indari beserta para penulis, kita akan semakin tertarik untuk segera membaca kisah-kisah mereka.

 




Latar Belakang Ide Melintasi Badai

Latar belakang untuk menyusun program menulis bersama di dalam antologi Melintasi Badai adalah di saat Teh Indari merasa bahwa sebenarnya kita semua memiliki banyak sekali pengalaman yang penuh perjuangan ketika melewati badai atau masalah yang ada di dalam kehidupan kita. Indscript memiliki kelas menulis yaitu Kelas Menulis Kisah yang membagikan cerita para penulis yang disebarkan di berbagai channel milik Indscript Creative sehingga pembaca pun merasa mendapatkan semangat atau juga ide-ide menarik hingga inspirasi positif.


Karena tiap orang pasti punya cerita-cerita menarik tentang bagaimana mereka bisa melewati badai di kehidupan masing-masing dan betapa powerful-nya cerita yang terangkum di Kelas Menulis Kisah, tercetuslah ide antologi Melintasi Badai.

 

Haru di Menolak Rapuh

Pada sesi cerita proses berkarya di Menolak Rapuh ini ada banyak peserta yang hatinya ikut biru karena terharu. Teh Indari memaparkan bahwa dengan berbagai masalah dan juga kehilangan yang kita alami, contohnya bagi seorang ibu yang mendadak kehilangan suami atau seseorang yang harus kehilangan bisnisnya dalam waktu sekejap, tentunya ini bisa membuat kita menjadi rapuh. Bahkan, orang-orang yang kelihatannya bergelimang uang dan hartanya banyak ternyata juga menyimpan hal-hal yang merapuhkan perasaan.


Pembacaan cuplikan-cuplikan tulisan yang ada di dalam kedua antologi tersebut ikut menambah syahdu. Maria Suryanti yang diajak menulis ketika dia sendiri sedang dalam posisi penuh perjuangan atau posisi struggle turut menyampaikan sekelumit kisahnya.


“Saya memilih untuk menulis di antologi Melintasi Badai karena saya ingat perjuangan saat pandemi, membuat jurnal syukur, dan sekarang sudah bisa kami atasi.”


Aida Ummihijriyah juga membagikan kisah yang tidak kalah mengharukan. Setelah didera sakit yang tidak mudah selama tujuh tahun, mau tidak mau ia terlatih menjadi sabar. Mulai dari musibah toko kebakaran hingga banjir merusak rumah serta bisnisnya. Ia berbagi inspirasi bahwa meskipun banyak kejadian bisa membuat rapuh serta tumbang perasaan, akan ada selalu cara untuk melaluinya dengan hati penuh syukur.


 


Sesi Tanya Jawab

Pada sesi tanya jawab ada beberapa penulis yang membantu untuk menjelaskan atau merespons pertanyaan dari peserta, salah satunya adalah dari Nurul Hayati yang bertanya kepada Aida Ummihijriyah. “Apa yang Bunda lakukan agar tetap bisa mengukuhkan hati di tengah cobaan bertubi-tubi?”


“Kita harus sadar bahwa sebenarnya semua yang terjadi itu atas izin Tuhan dan sebenarnya juga masih banyak orang-orang yang ujiannya lebih berat dari apa yang kita alami sendiri. Tuhan sudah menyesuaikan kadar ujian atau cobaan agar kita bisa bertumbuh dengan akal. Kita harus bersyukur.” Begitulah rangkuman jawaban penuh inspirasi dari Aida Ummihijriyah.


Setelah launching antologi Melintasi Badai dan Menolak Rapuh selesai, perjalanan para penulis masih berlanjut. Mereka akan terus menyampaikan kisah yang menyentuh lewat tulisan. Jika ingin membeli kedua buku antologi, silakan kontak tim Indscript Creative atau hubungi penulisnya. Selamat membaca!


(Baca Juga: Semangat Menulis Semakin Berbobar Berkat IIDN Semangat Menulis Semakin Berkobar Berkat IIDN)





Tidak ada komentar