Ho Chi Minh City menjadi tempat saya yang sangat berkesan. Ada dua tempat yang menjadi incaran setelah melihat di medsos yang pertama Gereja Pink dan Ho Chi Minh City Book Street.
Dua tempat ini selalu masuk jajaran lokasi yang wajib dikunjungi ketika sedang liburan di Ho Chi Minh City. Kalau dari foto dan video, sih, sangat estetik. Ketika saya di sana, tentu saja saya ingin membuktikannya sendiri.
Gereja Pink itu sebenarnya bernama Tan Dinh Church yang ada di 289 Hai Bà Trưng Street, Ward 8 (Phường 8), District 3, Ho Chi Minh City. Setelah sarapan pagi di restoran halal yang ada di Ben Thanh Market, saya dan Lita memesan taksi Grab untuk ke gereja Pink.
Gereja Estetik di Instagram
Rasanya senang sekali saat turun dari Grab dan melihat tempat impian saya di depan mata. Tan Dinh Church ini adalah gereja katolik yang sudah ada sejak tahun 1870-an ketika Vietnam menjadi negara bagian Indocina Prancis.
Saya pecinta bangunan lama mulai dari kuil, gedung, sampai candi. Kalau ke Surabaya saja saya tidak bosan untuk mampir ke Gedung Balai Pemuda. Lawang Sewu juga tidak membuat saya bosan ketika ada waktu ke Semarang. Makanya, saat hendak ke Ho Chi Minh City, Tan Dinh Church masuk bagian bucket list.
Gereja ini sering menjadi bahan konten para kreator di TikTok dan Instagram. Sebagai penyuka warna cokelat, merah, dan astinya pink, melihat gereja ini seperti menatap bangunan dari negeri dongeng. Saya jadi ingat film Barbie yang dipenuhi warna pastel nan unyu.
Saya ingin sekali masuk, tetapi saat itu ternyata gerejanya sedang ditutup untuk umum. Alhasil, saya dan Lita hanya bisa menatap kagum dari luar pagar. Untuk mendapatkan foto gereja, saya berfoto dari seberang jalan. Lucu juga apalagi saya sengaja pakai dress pink agar bisa serasi dengan Tan Dinh Church.
Untuk mencapai gereja tersebut, saya tidak perlu jalan kaki. Dari Ben Thanh, saya pesan Grab Car lagi. Mungkin sekitar 15 menit saya sampai di gereja pink. Setelah saya kembali ke Surabaya, saya baru sadar kalau sebenarnya ada banyak spot foto menarik jika ingin berfoto dekat gereja. Cuma karena panas menyengat, sinyal internet lemah, saya tidak ada pikiran membuka Instagram.
Perjalanan berikutnya membuat saya semakin kesal dengan sinyal internet yang aselole. Namun, saya sudah tidak sabar buat menjelajah di Book Street. Apa saja, ya, yang ada di sana?
Book Street Ho Chi Minh City
Perjalanan favorit saya berikutnya jelas ke Book Street. Dari Gereja Pink, saya dan Lita berjalan kaki. Sialnya, di beberapa spot, internet yang kami gunakan kehilangan sinyal.
Bagian depan Book Street |
Seperti biasa, ada drama tersesat karena salah arah. Berbekal aplikasi Waze, barulah kami memutar haluan sampai melewati Gereja Pink dua kali. Ho Chi Minh City Book Street adalah salah satu jalan tertua di kota itu. (Baca Juga: Keliling Ben Thanh MarketKeliling Ben Thanh Market)
Kalau dari informasi yang saya baca di internet, pada saat masa kolonialisme Prancis, jalan itu dikenal sebagai Hong Kong Street. Lalu pada 21 Februari 1897, nama jalannya berubah menjadi Cardis. Perubahan nama berikutnya terjadi pada 19 Oktober 1955 menjadi Nguyen Van Binh Book Street hingga sekarang dan memiliki nama populer Ho Chi Minh City Book Street.
Kenapa kok nama Nguyen Van Binh ini dipakai sebagai nama jalan yang dipenuhi kios-kios penjual buku? Ternyata, beliau adalah seorang cendekiawan terkenal di sejarah Vietnam serta dikenal sebagai presiden terbaik di negara tersebut.
Minim Buku Bahasa Selain Vietnam
Saya sudah mencari tahu tentang apa saja yang ada di dalam kawasan Book Street itu. Ya, sayang sekali, lebih banyak buku berbahasa Vietnam di sana. Buku-buku terkenal seperti ‘Zero to One’ tersedia di sini setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Vietnam.
Kios-kios bukunya estetik banget sampai saya sedikit-sedikit berfoto di sana. Ada banyak pengunjung yang sengaja berpakaian tradisional khas Vietnam sambil mengajak fotografer profesional.
Banyak Tempat Makan
Selain toko buku, di kawasan ini juga banyak kafe-kafe yang bisa menjadi tempat beristirahat ketika capek keliling. Saya dan Lita tidak mencoba di sana karena niatnya mau mampir di Cafe Apartment yang hits di Instagram itu, lho.
Karena cuacanya cukup panas di bulan Januari, mampir ke kafe untuk mendinginkan kepala dan badan jadi alternatif bersantai yang asyik. Ho Chi Minh City Book Street hanya berisi pejalan kaki dan tidak ada kendaraan melintas karena ini memang sepertinya sudah diatur seperti itu.
(Baca Juga: Transit Tiga Jam di ChangiTransit Tiga Jam di Changi)
Kegiatan Ramah Anak
Buat pengunjung yang membawa anak-anak, di sini juga bisa melakukan hal lain selain cari buku dan nongkrong di kafe. Saya melihat ada beberapa anak kecil duduk di bangku kecil sambil belajar melukis. Sepertinya, memang ada kegiatan kreatif ramah anak yang rutin dilaksanakan di Book Street.
Berkeliling di Gereja Pink dan Ho Chi Minh City Book Street membuat saya kagum dengan cara pemerintah dan masyarakat Vietnam menjaga warisan bersejarah. Meskipun kolonialisme pasti meninggalkan luka, tetapi ada spot sejarah yang membuat mereka tidak melupakan apa yang membentuk masyarakatnya di masa kini. Next, saya akan bagikan cerita lain di sini.
Tunggu cerita kami berikutnya, masih ada dong, hehe. |
3 komentar
Vietnam negara favorit aku
bangunan di HCMC terutama bangunan sejarahnya bener bener estetik, dan masih mempertahankan keasliannya
Next time kudu explore daerah Book street, dulu nggak sempet mampir kesana soalnya
Emang Vietnam itu bikin kecanduan. Jalan kaki walau motornya rame, tapi nggak ketemu orang catcalling wkwk. Habis ini mau eksplor Dalat, rasanya pasti lebih happy lagi.
Oh gereja ini beda ama yg Notre Dame ya mba? Pink juga soalnya kan, tp sejngetku warnanya lebih tua. Yg ini pinknya lembut.
Berarti belum aku datangin kalo tan Dinh church ini. Cakeeeep banget memang, apalagi warnanya cantiiik 😍😍😍. Aku pun kalo jumpa bakal foto juga di depannya 😍👍.
Dec ini ke Vietnam, tp cuma Hanoi dan sapa. Ga sempet kalo ke HCMC lagi.
Posting Komentar