Jalan-Jalan Pagi Sambil Keliling Ben Thanh Market





Keliling Ben Thanh Market adalah wacana yang sudah saya tunggu-tunggu di hari kedua keliling Ho Chi Minh City. Inilah saatnya saya praktik bahasa Vietnam ala Duolingo untuk menawar, hehe. Mungkin ini lebih banyak niat untuk praktiknya daripada belanjanya.



keliling ben thanh market-wordholic
Happy walking


Saya dan Lita memang tidak memilih hotel dengan sarapan. Makanya, supaya perut saya tidak rewel, saya sudah menyiapkan cokelat dan juga roti.


Pagi yang ditunggu pun datang. Hari pertama menginap berjalan dengan tenang. Meskipun kamar tempat saya tidur berada di dekat kafe semi bar dengan musik berdentam, kami tidak terganggu sama sekali. Agenda hari kedua di Ho Chi Minh City kali ini mau keliling mencari oleh-oleh dan mengunjungi beberapa spot yang sudah saya masukkan ke dalam wishlist. 


keliling ben thanh market-wordholic
Di gang depan hotel



Suasana Kota yang Bentuk Bangunannya Nyaris Sama

Sambil melihat Google Map, saya dan Lita memutuskan untuk mencari sarapan di dekat Ben Thanh Market. Tentu saja review di internet sangat membantu kami. Kalau sebelumnya kami mencari makan siang di Changi berdasarkan review TikTok, kali ini kami mencari sarapan berdasarkan konten Reels.


Saya jadi sadar kalau medsos digunakan dengan sangat cermat, banyak hal positif yang bisa saya temukan, salah satunya untuk mempersiapkan diri sebelum jalan-jalan ke tempat baru. Internet sudah menjadi bagian penting buat traveler yang tidak menggunakan jasa agensi travel.


Lalu Lintas Menegangkan

Sepanjang mencari tahu tentang Ho Chi Minh City, saya tidak kaget dengan lalu lintas kendaraan bermotor di kota ini. Ya, tidak jauh-jauh dari Indonesia. Mungkin karena Vietnam semakin populer dan menarik wisatawan luar Asia Tenggara, banyak yang kaget dengan lalu lintas di sini.


Dengan kekuatan lima jari dan kecepatan kaki, saya bisa selamat menyeberang jalan di Ho Chi Minh City, haha. Menurut saya yang asli lahir dan tinggal di Sidoarjo, kota ini memang padat dengan motor, tetapi kebersihannya lumayan terjaga.


Yang membuat saya ngakak, kenapa, ya, helm pengendara motor di sana imut-imut? Bahkan, driver GoJek atau Grab Vietnam juga pakai helm ceper macam helm sepeda. Meskipun padat, saya jarang mendengar orang Vietnam marah-marah atau menekan klakson sampai membuat telinga sakit. 


keliling ben thanh market-wordholic
Bangunan tinggi

Semua Bangunan Terlihat Sama

Saya pernah membaca jika suasana Ho Chi Minh City ini seperti Jakarta tahun 70 atau 80-an. Karena belum lahir di era tersebut, jelas saya tidak punya bayangan. 


Ternyata, saat saya berjalan pagi mencari sarapan dan suasana lebih terang, saya jadi tahu apa yang dimaksud artikel tersebut. Bangunan yang ada di Distrik 1 ini kebanyakan bentuknya bertingkat memanjang ke atas semacam apartemen. Saya belum menemukan mal. Kafe-kafe pun terletak di dalam apartemen itu.


keliling ben thanh market-wordholic


Ada salah satu konten Reels yang membuat saya terbahak. Si kreator bilang kalau orang Vietnam langsing-langsing karena suka naik-turun tangga. Wah, bener juga. Kalau melihat ciri bangunan yang dibuat dalam bentuk apartemen mini begitu, pantas saja Ho Chi Minh mendapat julukan dari kreator sebagai Kota Seribu Tangga. Suasananya terasa jadul-jadul asyik.


Ben Thanh dan Pesonanya

Di sekitar Ben Thanh Market saya mencari tempat makan halal dan saya menemukan Jamilah Halal Food. Sepertinya, pemiliknya ini orang Melayu yag sudah lama tinggal di sini. Saya dan Lita mencoba menu pho dan membeli banh mi halal yang enak banget.


Pho ini seperti sop dan bakso. Dagingnya dipotong tipis dengan bihun dan udang. Rasanya segar, sedap, dan mengenyangkan. Saya yang tidak suka daging, mencoba untuk menikmati lembaran dagingnya, ya supaya ada energi untuk jalan-jalan. Selesai sarapan, tujuan kami selanjutnya ke pasar Ben Thanh.


keliling ben thanh market-wordholic
Pho lezat

Pasar Ben Thanh adalah salah satu ikon terkenal di Kota Ho Chi Minh, Vietnam, yang kaya akan sejarah dan kebudayaan. Berasal dari awal abad ke-17, pasar ini awalnya berlokasi di tepi Sungai Saigon, menjadi pusat perdagangan penting bagi pedagang lokal dan internasional. 


Seiring berjalannya waktu, terutama karena pertumbuhan kota dan kebutuhan untuk pengendalian banjir, pasar dipindahkan ke lokasi saat ini pada tahun 1899 oleh pemerintah kolonial Prancis. Bangunan yang sekarang, dengan kubah besar dan empat pintu masuk yang dihiasi jam, telah menjadi simbol kebanggaan dan sejarah kota.


keliling ben thanh market-wordholic
Pedagang kaki lima


Sepanjang abad ke-20, Pasar Ben Thanh terus berkembang menjadi pusat aktivitas ekonomi dan sosial di Ho Chi Minh City. Pasar ini tidak hanya tempat untuk membeli berbagai barang mulai dari makanan segar, pakaian, hingga kerajinan tangan, tapi juga menjadi tempat bertemunya berbagai lapisan masyarakat dan budaya. 


Sebelum ke sana, saya sudah mencari tahu tentang tips dan trik ketika berbelanja oleh-oleh. Banyak yang bilang hati-hati scammer. Saya berfoto-foto sejenak di depan bangunan pasar. Ada banyak wisatawan yang membeli bunga di tepi jalan sambil menyewa baju tradisional Vietnam untuk berfoto ria.


keliling ben thanh market-wordholic
Mejeng depan Ben Thanh


Di dalam pasar, banyak sekali pernak-pernik yang dijual mulai dari biji kopi, gantungan kunci, kain tradisional, tas, dan lain sebagainya. Di sinilah saya mempraktikkan bahasa Vietnam lebih banyak. Ketika saya menawar dengan bahasa Vietnam patah-patah, penjual tersenyum dan lebih mudah untuk diajak negosiasi. 


Qua dat tien, toi muon ba muoi nghin dong.” Ini contoh kalimat yang saya ucap. Artinya ‘itu terlalu mahal, saya inginnya 30 ribu Dong’. Kalau penawaran saya terlalu sadis, penjual tertawa dan bilang ‘no profit’.


Gerbang masuk Ben Thanh


Kalau dipikir lagi, menggunakan bahasa Vietnam sedikit-sedikit begini membuat saya terhindarkan dari boncos juga karena penjual tahu kalau saya bisa menawar. Ini juga meningkatkan rasa percaya diri saya yang hanya belajar dari Duolingo. 


Perjalanan pagi itu masih belum selesai. Setelah ini, acara jalan kaki saya dengan Lita lebih seru lagi. Tentu saja, masih ada nyasarnya, haha. Jalan-jalan pagi sambil keliling Benh Thanh Market menjadi pengalaman belanja seru yang bisa diulang kembali. (Baca Juga: Transit Tiga Jam di Changi dan Tersesat di Ho Chi Minh City)





4 komentar

Fanny Nila (dcatqueen.com) mengatakan...

Pasar ini punya memori manis2 pait buatku dan suami 🤣. Manis karena kami bisa belanja banyaaaak krn suami jago nawar pake ilmu kalkulator hahahaha. Jd tinggal ketik2 harga yg dimau. Kalo diinget2 jd kayak lawak dia ama sellernya 🤣. Saling tunjuk hrg kalkulator.

Tapi pait nya pulang dr pasar ini pake tricycle becak yg kami sewa malah kena scam dari kakek2 pengayuh becaknya. Pdhl dr awal kami udh tau Vietnam banyak scam. Udh hati2, eh tetep aja kena.

Tapi belajar sih dari situ, utk mastiin harga hitam di atas putih kalo bisa. Foto sekalian hrg yg di deal.

Reffi Dhinar mengatakan...

Karena Vietnam terkenal banget scamnya, makanya persiapan soal bahasa dan harga ini beneran serius di aku, mbak. Hahaha, soalnya temenku tuh nggak suka belar-belajar bahasa, jadi aku bertugas buat ngurusin soal ngomong dikit dan dia ngurusin pritilan lainnya. Seru lah wala kena scam mbak, kalau aku seringnya drama nyasar hahaha

Ainun mengatakan...

dulu sebelum berangkat ke Vietnam, aku searching juga mengenai destinasi dan apa aja info mengenai HCMC
hampir aja aku ragu buat berangkat karena katanya waktu itu ga aman buat solo traveling, banyak scam sana sini, tapi aku nekat aja, karena tiketnya udah dibeli setahun sebelumnya dan lebih kepada menuntaskan rasa penasaranku juga
ternyata vietnam menyenangkan meskipun dikenal dengan 1000 motor dan semrawut, overall asik buat diexplore

Reffi Dhinar mengatakan...

@Ainun: Iyaa bener banget, kalau aku sih justru semangat banget buat ke sana karena Vietnam itu kaya memikat aja di matkau, hehe. Setelah HCMC, semoga tahun depan bisa mampir ke Dalat
>.<