Transit Tiga Jam di Changi dan Tersesat di Ho Chi Minh City






Traveling ke Ho Chi Minh City adalah salah satu impian yang sudah saya pendam sejak 2020. Mulanya, saya dan sahabat saya sejak SMU, Lita, sudah membeli tiket untuk berangkat ke scana pada April 2020. Sayangnya, pandemi tiba sehingga rencana batal.


Akhirnya, saya lebih sering bepergian di dalam kota dan sempat tidak pergi ke mana-mana selama parah-parahnya situasi pandemi. 2022 awal baru saya dan Lita berani bepergian naik pesawat yang dimulai dari ke Bali. Akhir 2022 lalu, saya berkunjung ke Penang dan Singapura. Saat itu, masih ada panggilan rindu untuk datang ke Ho Chi Minh.


Persiapan Lebih Panjang

Saya dan Lita sempat berencana untuk berangkat pada November 2023. Ternyata, Lita memiliki kendala di kerjaan yang tidak bisa ditinggalkan cuti. Setelah itu, saya juga hampir lupa memperpanjang paspor. Karena situasi kurang kondusif, makanya kami undur rencananya pada Januari 2024 lalu.


Persiapan pun bisa saya lakukan lebih matang. Kami berburu tiket dengan harga lumayan murah. Untuk rute Sub-HCM PP dengan transit Singapura, kami total mengeluarkan biaya 2,6 jutaan.


Nah, karena persiapan sudah cukup matang, lima bulan sebelum keberangkatan, saya putuskan untuk belajar bahasa Vietnam pakai Duolingo dan mencari materi di Youtube. Buat apa? 


blog kata reffi duolingo
Asyiknya belajar di Duolingo


Vietnam terkenal dengan jebakan scam. Jadi, buat turis asing harus hati-hati agar tidak terkena jebakan tipu-tipu oknum yang ingin menguras uang kita. Saya hanya fokus pada percakapan dasar supaya bisa menolak scammer dan menawar harga saat belanja. 


Transit Sebentar

Untuk keberangkatan dan pulang, saya dan Lita naik maskapai Scoot. Maklum, cari yang paling murah. Transitnya sama-sama di Singapura, tapi untuk keberangkatan, kami hanya transit 3 jam saja di Changi. 


transit di changi-blog kata reffi
Berangkaat!



Kalau transit di Changi, sih, dijamin tidak akan bosan, secara ini termasuk bandara terbaik di Asia. Selama masa persiapan, rupanya Lita menonton video-video TikTok untuk mencari makanan halal dan tempat menarik. Saya dan Lita ingin membuktikan video-video viral itu. 


Berburu Makanan Murah di Changi

Selama ini, di bayangan saya dan Lita, Singapura itu negara super mahal, apalagi di Changi. Untungnya, karena rajin nonton TikTok untuk mencari tips jalan-jalan hemat, Lita menunjukkan tempat di mana kami bisa membeli makanan halal murah meriah.


Kalau kamu singgah di Changi, kamu bisa mencari minimarket 7 Eleven yang ada di Terminal 2 area transit. Meskipun ada waktu hampir 3 jam untuk transit, saya dan Lita harus berjalan berputar-putar dulu karena Changi sebesar itu. Akhirnya, kami memadukan panduan peta bandara dan petunjuk dari TikTok.


transit di changi-blog kata reffi

transit di changi-blog kata reffi
Cek peta bandara Changi


Setelah ketemu, perut saya happy banget, nih. Saya segera masuk ke dalam 7 Eleven dan memilih makan nasi kare ayam yang harganya tidak sampai 4 SGD. Kalau dijadikan rupiah, sekitar 40 ribuan. Itu sudah paling murah daripada beli makanan lain di restoran yang harganya di atas 10 SGD.


transit di changi-blog kata reffi
Surga nemu makanan murah halal


Makanan yang ada di 7 Eleven ini rata-rata makanan beku. Setelah memilih, kita bisa langsung memanaskan sendiri di microwave. Sendok pun sudah tersedia di kotak makanannya. Setelah selesai, tinggal santap.


Enak juga menu ini



Berputar-putar Mencari Hotel

Akhirnya, kami sampai di Ho Chi Minh City, Vietnam. Rasanya senang sekali karena saya bisa sampai juga di negara yang saya sukai. Rencananya, setelah dari Ho Chi Minh, saya dan Lita ingin berkunjung ke Dalat tahun depan, amiin.


Hati saya rasanya berdebar kencang sekali. Inilah saatnya saya praktik bahasa Vietnam yang sudah saya pelajari hanya dari aplikasi game bahasa Duolingo. Saya pun mencari tips traveling di Instagram. Salah satunya menginformasikan lokasi taksi online seperti Grab atau Gojek Vietnam. 


Untuk uang Dong, saya pilih untuk mengambil tunai di salah satu mesin ATM bandara Tân Sơn Nhất. mata uang rupiah lebih kuat dari Dong, jadi ketika saya menarik uang 700 ribu rupiah, uang Dong yang keluar sampai satu jutaan. Ini cukup banget untuk tiga hari di Ho Chi Minh.


Keluar dari bandara menuju lokasi taksi online, kami disambut para pengemudi taksi yang ingin menarik perhatian. Saya tidak mau terjebak scammer karena ada cerita turis yang naik taksi argo abal-abal lalu harus membayar mahal sekali. 


Dengan tanda penolakan dan berkata, “Khong,” saya bisa menepis para pengemudi itu. ‘Khong’ artinya tidak dalam bahasa Vietnam. Hahaha, sepertinya para sopir taksi ini mundur sendiri melihat saya bicara dalam bahasa mereka.


Kami naik Gocar dari bandara menuju hotel. Petualangan pertama tentu saja mencari hotel. Hotel yang kami pilih letaknya masuk ke gang dan dekat dengan Bui Vien Street (nanti ceritanya terpisah). Badan sudah capek sambil menggeret koper, saya dan Lita melihat Google Maps untuk mencari AHA Boutique Ben Thanh Hotel.


Kebanyakan hotel-hotel yang harga terjangkau sekitar 200-300 ribuan per malam di Ho Chi Minh ini sepertinya di dalam model bangunan ala apartemen. Makanya, lokasinya pun perlu masuk gang. Kami bertemu banyak wisatawan asing lalu lalang. 


Seperti biasa, ada acara nyasar. Saya dan Lita melewati beberapa gang, tapi tidak kunjung menemukan hotel.


transit di changi-blog kata reffi
Sebelum tersesat mumet di gang



“Nih, hotelnya masa ketutup bangunan? Capek banget, lapar lagi.” Saya mulai mengomel. 


Lita lalu membuka aplikasi Waze dan mencari dengan sabar. Kami bolak-balik di jalan gang yang sama sampai tiga kali. Ternyata, hotelnya sudah kami lewati berkali-kali, tapi papan namanya kecil banget.


Hotel yang kami inapi tidak disediakan sarapan. Sudah ada satu ranjang besar dengan kamar mandi. Di atas lantai kamar kami, terdapat restoran yang modelnya semi pub jadi musik kencang diputar di atas, tapi tenang saja, suaranya tidak mengganggu kamar bawah. 


Berikutnya, kami akan jalan-jalan di Bui Vien Street. Ceritanya akan lebih seru lagi. Saatnya beres-beres sebelum lanjut. Jalan-jalan tanpa nyasar memang sudah jadi nama tengah saya dan Lita sepertinya. Can’t wait for our next story! (Baca Juga: Melintasi Dua Masa di Georgetown, Penang)


transit di changi-blog kata reffi



3 komentar

Fanny Nila (dcatqueen.com) mengatakan...

Ga sabaaar mau baca 😄. Aku kena scam pas ke hcmc 2011 trakhir kesana. Padahal udah tahu bakal banyak scammers, udah jaga2 ttp kena mba, hanya krn aku dan suami ga tega liat driver trishaw (becak) nya udah tua, terlihat baik hati, ternyata bangkee bgt 🤣🤣🤣.

Tapi ga kapok sih kesana. Masih mau eksplor dalat, sapa dan hanoi. Moga bisa thn ini juga 😄

Reffi Dhinar mengatakan...

@Fanny: Iya, aku jatuh cinta sama Vietnam sejatuh cintanya. Sampai belajar Vietnam suka banget di DUolingo wkwk. Makanya, beneran mengukuhkan hati supaya nggak kena scam termasuk pas urusan sama duit-duit. Moga tahun depan aku juga bsa ke Dalat

Fransisca Williana Nana mengatakan...

Sempet jadi impian pingin ke vietnam ke ho chi min atau dalat di tahun ini karena katanya emang beneran bagus disana, dan bisa dapetin ambience salju di awal tahun hehe. Thank you for sharing, aku jadi tau soal info scammer dan lain-lainnya