Perjalanan Ke Daerah Ngapak Ketika Lebaran




Jujur saja saya seharusnya menyelesaikan tulisan ini ketika April lalu. Namun, selain karena malas, banyaknya kelas yang  harus saya tangani, utang menulis perjalanan di Penang, serta ingin segera mempublikasikan pengalaman selama walking tour, perjalanan ini malah sempat saya tulis sekarang.


Tahun ini saya dan kelaurga sengaja melakukan road trip ke Cilacap. Di sana banyak kenangan masa muda Papa dan Mama ketika masih pacaran LDR. Karena selama ini saya sudah bosan dengan daerah Jawa Tengah seperti Semarang, Yogyakarta, dan Magelang, saya dan keluarga pun sepakat untuk melakukan perjalanan panjang ke daerah Ngapak.


Mulai Di Malam Hari

Saya dan Papa sudah menyusun itinerary agar bisa mengunjungi tempat wisata sebanyak mungkin. Kami berencana singgah sebentar di Kebumen untuk mengunjungi Gua Jatijajar dan akan menginap di Cilacap setelah meluncur dari Kebumen.


Niatnya sih mau berangkat dini hari, tetapi Mama takut kalau nanti Papa dan adik saya mengantuk ketika harus meluncur dini hari. Jadi, kami memutuskan untuk berangkat pukul 8 malam. Mobil dijalankan dengan mode santai. Papa dan adik akan menyetir mobil bergantian. Kalau mulai mengantuk, mobil akan masuk ke rest area untuk beristirahat sejenak.


Kami berangkat pada H+3 lebaran. Mumpung libur kantor seminggu lebih, saya pun senang-senang saja dengan rencana road trip ini. Ini pertama kalinya kami berangkat malam hari. Kami sampai Kebumen pada sekitar pukul 8 pagi. Jadi, saya dan keluarga mencari rest area untuk sarapan sekaligus mandi pagi.

Menjelajah Wisata Sejarah

Saya sangat menyesal karena baru menulis bulan ini. Karena gawai saya eror, maka terpaksa deh harus reset factory sampai kehilangan semua foto berharga. Banyak sekali foto yang saya ambil di tempat wisata harus hilang dan mencomot beberapa saja dari sorotan story Instagram. Mohon dimaklumi juga jika kebanyakan foto ada saya, ya, hehe.

Gua Jatijajar Penuh Pesona

Papa bilang kalau gua ini dulu masih perawan. Papa punya foto dengan teman-temannya semasa muda ketika berkunjung ke gua ini pada tahun 80-an. Gua Jatijajar adalah objek wisata yang sangat terkenal di Kebumen. Ketika akhirnya berkunjung lagi ke sana dengan keluarga, Papa kagum karena banyak perubahan di sini. Penerangannya juga cukup walaupun masih termasuk remang-remang. 


Selain pesona dari stalaktit dan stalagmit, gua ini juga memiliki sendang. Ada total empat sendang yang ada di dalamnya antara lain, Puser Bumi, Sendang Jombor, Sendang Mawar, dan Sendang Kantil. Di salah satu sendang, kalau tidak salah di Sendang Kantil, ada mitos jika kita mandi atau cuci muka di sana, maka kita bisa awet muda atau mendapatkan hal yang diinginkan. Saya tidak terlalu percaya, tetapi saya cuci muka di sana karena gerah saja. Air sendang sangat segar ketika menyerap di pori-pori kulit saya. 


Gua Jatijajar



Tak lupa untuk mengabadikan kenangan, saya dan keluarga berfoto dengan jasa fotografer di pintu gua. Kita bisa mendapat foto cetak sambil menunggu beberapa menit. Karena pastinya kami tidak tahu kapan lagi akan berkunjung ke sana (karena super jauh dari Sidoarjo), maka kami berfoto sekeluarga untuk kenang-kenangan.


Benteng Pendem Penuh Memori Memilukan

Di hari pertama, saya dan keluarga menginap di hotel Whiz Prime Cilacap. Ini pertama kalinya saya pergi ke daerah berbahasa Ngapak, jadi sesekali saya geli karena tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Cilacap cuacanya cukup panas, tidak jauh berbeda dengan Sidoarjo jadi tidak terlalu masalah. Papa terus bercerita mengenai kenangan ketika menjadi pekerja yang merantau dan keseruan selama tinggal di sana.


“Dulu Cilacap ini kota sepi. Kontrakan tempat Papa tinggal sama teman-teman satu kerjaan juga horor. Sekarang jadi serame ini, ya.”


Paling suka di sini



Salah satu tempat horor yang Papa dulu datangi adalah Benteng Pendem Cilacap. Mungkin dulu karena tidak terlalu terawat, kesannya jadi horor. Namun, setelah sampai di sana, saya jadi bisa merasakan auranya yang memang tidak terlalu mengenakkan.


Benteng Pendem Cilacap ini adalah benteng yang dibangun Hindia Belanda dan baru ditemukan pada 1986. Wajar saja kalau Papa dulu bilang benteng ini belum terawat jadi terkesan horor. Benteng ini lokasinya dekat dengan Pantai Cilacap. Sebelum kami ke sana, kami sempatkan makan siang di warung seafood dekat pantai. Rasanya enak dan segar pastinya meskipun cuaca sedang sangat terik.


Harga tiket masuk hanya 7500/orang. Namun, ketika saya masuk ke dalam, wow, pemandangannya bagus banget. Lingkungannya sangat bersih dan tenang. Ada danau yang mengalir di sepanjang benteng dan bangunan-bangunan benteng yang masih berdiri kokoh. Sebagian besar tanahnya ditanami rumput hijau dan pepohonan sehingga cocok untuk piknik. 


Damai banget


Nah, ketika kami mengunjungi salah satu bagian benteng, tercium bau anyir seperti darah. Saya pikir itu bau amis ikan karena lokasinya tidak jauh dari laut. Ternyata, pengunjung lainnya juga menyebutkan kalau ini mirip bau anyir darah.


Bulu kuduk saya merinding. Kami pun berpindah untuk menjelajahi bagian lain benteng. Terdapat papan-papan petunjuk yang memberi informasi fungsi masing-masing ruangan. Mulai dari ruang senjata, barak, sampai gudang. 


Di depan sini bau anyir



Hanya saja, di beberapa bagian saya merasa sesak dan sedih mendadak. Konon, di halaman benteng ini terjadi pembunuhan massal para pekerja rodi atau pejuang kemerdekaan. Di tempat ini saya banyak merenung tentang perjuangan para pejuang masa lalu dan pengorbanan mereka. Benteng Pendem Cilacap juga tidak jauh dari Nusa Kambangan. Gosipnya, ada jalur terowongan yang bisa menghubungkan ke pulau tersebut meskipun belum terbukti kebenarannya.

Nggak tahu kenapa, nyesek rasanya di bagian ini


Keseruan di Benteng Van Der Wijk, Gombong

Setelah menginap semalam di Cilacap sambil berkunjung ke beberapa tempat kenangan Papa, kami meluncur ke arah Gombong. Hotel kedua yang kami inapi adalah Hotel Wisata Benteng, Gombong yang berada di area Benteng Van Der Wijk.


Ketika memasuki halaman utama, adik dan Papa hampir saja enggan untuk masuk. Lokasinya cukup jauh dari jalan utama dan sepi. “Mbak, kok kaya tempat syuting film horor?” ujar adik saya.


Maklum, sih, sejak semalam sebelumnya, Cilacap diguyur hujan deras. Saat sampai di arean benteng pun mendung gelap sudah mulai muncul dan kabut membuat suasana horor tercipta. “Lho, emang aku milih ini soalnya benteng Van Der Wijk ini dipakai tempat syuting film Pocong 3,” sahut saya dengan tertawa terkekeh.


Tempat syuting Pocong 3
(Aku pecinta horor haha)


Hanya ada mobil kelaurga kami yang masuk dan proses check-in pun harus menunggu beberapa menit. Kami mendapat satu ruangan yang bisa diinapi 4 orang. Mama pun tenang karena kami akan tidur beramai-ramai. Hotelnya ini dulu masih menjadi bagian dari benteng. Entah karena kami menginap di hotel wisata atau hanya beruntung saja, kami tidak dimintai biaya tiket masuk ketika mengunjungi bagian utama benteng.


Sebelumnya, benteng ini dikenal sebagai Fort Cochius atau Benteng Cochius, dinamai sesuai dengan seorang Jenderal Belanda bernama Frans David Cochius (1787-1876). Cochius sendiri pernah bertugas di daerah Bagelen, yang merupakan bagian dari wilayah karesidenan Kedu, dan memimpin pasukan Belanda selama Perang Diponegoro.






Benteng Van der Wijck mulanya digunakan sebagai kantor Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Selang beberapa lama, benteng ini lantas digunakan untuk mengintai, benteng pertahanan, dan gudang logistik bagi tentara Belanda.


Pada 1856, terjadi perubahan dalam peran benteng ini ketika ia menjadi Pupillen School, sebuah lembaga pendidikan untuk calon militer yang berasal dari keturunan Eropa yang lahir di Hindia Belanda. Dampak dari perubahan ini mempengaruhi perkembangan lingkungan sekitar benteng, yang kemudian tumbuh menjadi sebuah pemukiman bagi anggota militer Belanda di Gombong.




Saya sangat suka dengan bangunannya yang menggunakan batu bata merah. Sayang, bagian dalamnya tidak sebersih Lawang Sewu, kesannya hanya beberapa bagian saja yang terawat. Bagi yang suka konten horor, lokasi ini pernah masuk kanal Youtube Jurnal Risa. Coba saja dicari, hehe.


Meluncur ke Yogyakarta

Dua hari di daerah Ngapak membuat saya sangat puas dengan cerita dan bangunan bersejarahnya. Kami akhirnya meluncur ke Yogyakarta sambil singgah sebentar di kawasan wisata Baturaden. 


Tempat menginap ketiga kami di hotel Liberta yang sangat estetik dan terjangkau. Sayangnya, hotel ini belum dilengkapi lift, jadi adik membantu Mama untuk mengangkat koper di kamar kami yang ada di lantai tiga. 


Sejenak di Merapi Park


Di Yogyakarta pun kami hanya berkeliling untuk berbelanja kain dan pakaian serta mampir ke Merapi Park. Kami sudah pernah menginap di Yogyakarta ketika jelajah Prambanan, Kaliurang, dan Dieng, jadi kali ini hanya singgah untuk melepas rindu saja.


Perjalanan libur lebaran tahun ini sangat istimewa. Saya jadi semakin menghargai sejarah dan juga membuat Papa serta Mama yang gembira ketika mengenang masa muda mereka. Tahun depan jelajah ke mana lagi, ya?


(Baca Juga: Jelajah Sejarah di Georgetown, Penang)

4 komentar

Admin mengatakan...

Wah seru sekali nih ya, Kak bisa wisata sejarah di Ngapak dan juga Yogyakarta

fanny Nila (dcatqueen.com) mengatakan...

Dulu aku pengen ke Cilacap hanya utk liat penjara Nusakambangan 🤣. Sempet dibolehin utk trip kan dulu, ga tau kalo Skr. Tapi sayangnya kami blm submit izin nya itu, jadi batal bisa kesana.

Seruuuu banget road trip nya mba ❤️❤️. Apalagj banyak kisah nostalgia buat papa mama yaaa.

Aku ikut merinding baca benteng Pendem nya. Yg part kecium bau darah itu 😳😱. Mungkin bagi yg bisa melihat astral banyak banget penampakan di sana yaa 😅.


MbAaaa yg hotel wisata benteng Gombong, spooky amaat stay di sana wkwkwkwkwkw. Aku bisa bayangin adek dan papamu yg ogah masuk awalnya hahahahah. Aku pun mikir juga itu mah 🤣. Ga seberani itu soal nya. Tapi untungnya rame2 yaa

Reffi Dhinar mengatakan...

Mbak Anisa: Seru banget, jadi nggak bosan di Yogya dan sekitarnya ajaa hehe

Reffi Dhinar mengatakan...

Mbak Fanny:
Asli itu emang aku sengaja nginep di Hotel wisata Gombong soalnya mayan suka dengan film Pocong The Origin wkwk (ketahuan horror freak). Tenang banget lalu disambung hujan malam hari. Kerasa hawa horornya. Cilacap juga bagus-bagus wisata sejarahnya, paling fav Benteng Pendem itu walau krasa banget aura kesuramannya.