Ini Hasil Menjadikan Hobi Membaca Buku Lebih Sedikit


hobi membaca buku


Sejak dua tahunan ini, saya menjalankan praktik hemat membeli buku dan juga mengurangi jumlah tantangan membaca di Goodreads. Hobi membaca buku tetap jalan, hanya saja saya tidak lagi menjadikannya sebagai kebutuhan utama untuk tantangan. 


Kini, saya tidak lagi mendapatkan gelar Consistent Reader bulanan dari komunitas One Week One Book. Yang paling penting adalah ada buku yang saya review di Instagram meski hanya ada dua judul. Awalnya, agak aneh juga karena saya terbiasa membaca minimal 50 judul per tahun. Ternyata, mengubah kebiasaan agar lebih berkualitas arahnya juga tidak sesulit yang saya kira.


Hobi Membaca Buku Itu Bagus, Tetapi….

Tidak ada yang bilang kalau hobi membaca buku itu buruk. Saya juga masih tak bisa berhenti membaca, hanya saja sekarang sudah beda porsinya. Bahkan, saya bisa mendapatkan lebih banyak hal setelah berhenti menantang diri terlalu banyak dalam membaca buku. Ada masanya saya mampu membaca hingga 80 judul per tahun, itu juga ketika saya belum aktif di Goodreads. Lantas kenapa sekarang berubah?


Tumpukan yang membuat gelisah

Hal pertama yang membuat saya memutuskan untuk mengontrol diri membeli buku adalah ketika melihat tumpukan buku di kasur dan lantai. Kamar saya di rumah dan kos lebih mirip toko buku bekas yang ruang jalannya sempit, ketimbang ruang pribadi untuk istirahat. 


Saya juga menemukan sebuah kebiasaan yang muncul tiap kali saya gelisah atau sedang banyak pikiran. Buku-buku akan saya keluarkan dari lemari atau rak lalu saya sibuk memilah buku mana yang akan saya baca. Begitu terus selama beberapa jam. Rupanya, tumpukan buku yang dulu menjadi kebahagiaan, kini menjadi sumber gelisah.

(Baca Juga: 6 Hal Haram yang Harus Dihindari Pekerja Kreatif)


Ingin hemat

Ya, ini mulai saya sadari setelah banyak buku impor yang saya beli hampir tiap bulan di bazar BBW (Big Bad Wolf) yang sempat berganti menjadi daring di Tokopedia selama pandemi. Selama dua tahun awal pandemi, saya bisa menghabiskan uang lebih dari 400 ribu untuk sekali belanja. Padahal, ada saja buku yang tidak selesai terbaca karena saya tidak suka atau hanya karena impulsif belanja saja. Kalau ingat uang yang sudah terbuang dan kebutuhan untuk mengembangkan Wordholic Class, saya jadi merasa super boros.


Merasa tidak tambah cerdas

Saya membaca banyak buku baik non-fiksi dan fiksi. Namun, memasuki tahun 2022, ada sesuatu yang kosong. Sepertinya, saya tidak bertambah kadar keilmuannya. Makanya, saya melakukan praktik Book Buying Ban selama 3 sampai 6 bulan. Tahun ini, saya baru belanja agak banyak di akhir Mei dan pertengahan Juni. Mungkin ada 4 judul yang saya beli. Saya alihkan kuota belanja buku menjadi beli online course. 


Apa yang Saya Ubah?

Hobi membaca buku ini kini saya ubah strateginya. Saya ingin mendapatkan dampak berkelanjutan, tidak hanya sekadar memperbanyak jumlah halaman dan judul yang saya baca tiap bulan.


Lebih banyak baca ulang

Saya sedang menekuni ilmu digital marketing untuk praktik dari online course yang saya beli baik dari mentor lokal maupun internasional. Setelah menetapkan tantangan membaca dari 30 judul ke 24 judul saya, saya lebih sering baca ulang. Saya cari buku-buku lama yang memang butuh untuk diresapi lagi sebagai pendukung saya belajar. Ternyata, banyak judul yang belum saya ulas. Ini menambah keasyikan membaca ulang.


Mulai menjual atau menghibahkan buku

Jual buku lama yang sudah tidak terbaca menjadi salah satu metode untuk mengurangi tumpukan. Namun, saya lebih banyak menghibahkannya. Saya mengunggunakan cara kreatif. Jadi, saya buat pengumuman di channel Wordholic Class yang ada di Telegram atau membuat giveaway kecil-kecilan dengan syarat mengikuti akun medsos. Lumayan, ini membuat akun medsos saya berkembang dan tumpukan pun berkurang.


Terkadang, saya juga menghadiahkan buku koleksi ke teman penulis atau sahabat yang memang butuh membaca dengan topik tertentu. Kami bisa berdiskusi singkat tentang isi buku tersebut. Rupanya, ini membuat pikiran saya lebih lega.

(Baca Juga: Branding Content Writer)


Belajar dari berbagai sumber

Membaca buku pun kini tidak harus buku cetak, saya juga selingi dengan membaca komik di aplikasi Manta atau Webtoon. Selain itu, saya juga belajar dari film, drakor, artikel, serta kanal Youtube. Saya ‘membaca’ dengan panca indra. Saya juga tetap menulis dengan santai. Kini, aktivitas menulis untuk klien serta proyek pribadi di Wordholic Class sudah berjalan dengan sistem yang rapi.


Setelah melakukan pengubahan sistem dan cara membaca, saya jadi lebih tenang. Semakin jarang kebiasaan gelisah ketika melihat tumpukan buku. Ya, kadang, masih saja ada hasrat untuk belanja buku berlebihan, tetapi kontrol diri saya sudah berjalan lebih baik. Hobi tidak seharusnya menjadi sumber stres baru, bukan?



2 komentar

Ainun mengatakan...

aku sendiri saat ini merasa waktu membaca nggak bisa secepat dulu, kalau dulu mungkin satu bisa ditamatkan dalam waktu 3 hari misalnya. Sekarang bisa sebulan lebih
tapi masih seneng masuk ke toko buku dan beli buku baru, alhasil buku buku barujuga banyak yang belum kebaca

fanny Nila (dcatqueen.com) mengatakan...

Setujuuuu mba. THN lalu aku sampe bikin blog baru khusus review buku. Biasanya tiap THN target baca buku minimal 54, tqpi THN ini aku ga mau bikin target bacaan. Ngeliat tumpukan buku ada 300an yg aku belum baca wkwkwkwjw. Jadi stop beli lagi, stop bikin target. Yg ada ntr baca bukunya malah ga bisa enjoy.

Aku msh ttp baca stiap hari, tapi ga mau ditargetin kali ini. Mungkin nanti kalo semua tumpukan ini udh selesai dibaca, baru deh buat target 😁