Saya sering sekali menerima pertanyaan dari yang remeh-temeh sampai serius. Di antaranya adalah teman-teman yang clueless dengan apa yang mereka mau.
Mereka bertanya bagaimana saya bisa meraih apa yang saya mau. Memang tiap tahun rata-rata banyak orang yang membuat resolusi, tetapi tidak sedikit orang yang gagal mewujudkan daftar impian tahunannya.
Tidak tahu apa yang diinginkan
Setelah saya tanya, "Bisa digambarkan secara spesifik apa daftar keinginanmu, 4 hal saja yang paling utama?"
"Oh aku punya keinginan lebih dari 5 dan susah mencapainya.''
Jelas saja kalau hasil resolusinya sering gagal. Mendaftar keinginan terlalu banyak tanpa rencana spesifik dan terukur, hanya akan menjadi angan-angan kosong. Ujung-ujungnya menganggap impian itu ketinggian, padahal diri sendiri yang tidak fokus dan terlalu 'serakah'.
Bedakan apa yang bisa dikontrol dan mana yang tidak
Saya belajar banyak soal goal setting di kelas soft skill Upgrade Learning di periode 2017-2018 lalu. Salah satu materi yang sangat saya suka adalah bagaimana membedakan hal yang bisa kita kontrol dan mana yang tidak. (Baca Juga: Bukan Tips Mengejar Passion)
Saat menuliskan daftar impian, salah satunya adalah menikah, coach menanyakan apakah saya bisa memastikan progres menuju pernikahan? Apalagi menikah ini sama halnya dengan proses kelahiran dan kematian, semua terjadi atas kuasa Tuhan.
1# Sisihkan yang sulit dikontrol
"Sesuatu yang sulit kita kontrol, akan membuat tekanan batin saat tidak terjadi di saat yang kita inginkan. Berdoa itu wajib, tapi apa bisa kita mengetahui takdir?"
Benar juga. Bisa saja saya menuliskan menikah dan menjadikan kata ini sebagai afirmasi. Namun, apakah ada jaminan saya bisa mengontrol perkembangan tujuan itu? Fokus saya jadi hanya pada kata 'pernikahan' sampai lupa untuk memperbaiki kualitas diri dan abai dengan tingkat kecocokan dengan pasangan. Jelas ini berbahaya.
Sumber: Unsplash (@hestiqiang) |
Seperti halnya di masa pandemi begini. Kita bisa menjaga prokes dan jarang keluar rumah, tetapi apakah ada jaminan tubuh kita akan terhindar dari COVID-19? Belum tentu.
Maka jika fokus hanya pada kata pandemi, bisa jadi kita lupa untuk rileks sedikit sambil tetap menjaga prokes. Yang bisa kita kontrol adalah menjaga prokes dan kesehatan mental, urusan tertular atau tidak itu sudah masuk rahasia Tuhan.
2# Terapkan dalam menyusun impian
Maka sama halnya dengan impian. Ada impian yang terus kita selipkan dalam doa, dan sisanya harus kita wujudkan dalam aksi nyata. Ingin menikah? Maka menikah dengan daftar karakter seperti apa? Sudahkah diri ini memenuhi kriteria yang sesuai dengan pasangan impian?
Maka dari evaluasi diri inilah kita bisa mulai usaha perbaikan. Aksi nyata pun bisa diukur tiap hari hingga minggunya. Soal kapan bertemu jodoh, ini urusan Tuhan. Kita hanya fokus dalam meningkatkan kualitas diri sambil berdoa dan jangan menutup diri untuk berkenalan dengan orang baru tentunya.
Blokade negatif itu harus sembuh dulu
Ketika saya ingin memiliki platform kelas menulis, maka saya pun mulai menyusun rencana materi, kapan akan mulai membuka kelas, riset pasar. Ada timeline waktu dan deadline.
Namun, saya sadar jika ingin berkarir sebagai seorang writing coach, maka tidak hanya kemampuan dalam penguasaan materi, tetapi juga bagaimana leadership pribadi saya juga harus bagus.
Sumber: Unsplash (@Soulsana) |
- Peluk luka lama dan mulai berusaha healing
Saya punya pengalaman kurang menyenangkan soal kepemimpinan. Penyebabnya karena saya sering mengatakan pada diri bahwa diri ini tidak akan sanggup menjadi pemimpin. Padahal arti kepemimpinan tidak hanya soal memimpin sebuah organisasi yang besar. Untuk menjadi berani dalam mencapai impian dan mengatasi negative belief dalam diri, juga bentuk leadership yang harus saya asah.
Saya sadar. Bagaimana mau menjadi writing coach keren kalau mengikis pikiran negatif saja tidak bisa? Dan setelah berusaha healing dengan membaca banyak sumber sampai ikut kelas dan mendapat coach yang sesuai, saya mulai bisa lebih percaya diri.
(Baca Juga: No Excuse Untuk Negative Thinking)
Ternyata benar. Peserta kelas menulis di Wordholic Class, juga datang untuk mencari solusi bagaimana cara menghilangkan pikiran tidak Pede dalam menulis. I can share how I overcome my negative belief and mindset block.
- Sesekali beristirahat itu perlu
Saya pun tidak berhenti untuk belajar dan mengevaluasi diri. Kita harus terus mengenali diri kita agar makin dekat dengan apa yang kita impikan. Inilah bentuk 'love yourself' sesungguhnya.v
Tidak ada komentar
Posting Komentar