Christin Hume on Unsplash |
Menulis fiksi dan content writing memiliki perbedaan yang mencolok. Namun, seringkali sebagai penulis ketika akan menulis, pikiran malah susah membedakan tujuan kontennya. Jika mengetahui rahasianya, pasti proses menulis pun jadi lebih mudah.
Kali ini yang ingin saya singgung adalah perbedaan mindset dari penulis, bukan soal tekniknya. Jadi kalau mau menekuni dua-duanya pun jadi tidak mudah bingung lagi.
1# Ego Penulis Fiksi
Menulis fiksi lebih banyak menggunakan ego penulis.
Walaupun menulis untuk genre populer yang sedang banyak disukai pembaca, plot cerita-karakter-konflik dan bagian lain diatur sesuai kehendak penulis. Makanya, pembaca jadi bisa punya interpretasi beragam. Ada yang suka ending, tetapi kurang suka salah satu karakter. Ada yang suka plot tetapi tidak suka endingnya.
Saat pembaca fiksi ingin plot yang berbeda, mereka bahkan bisa membuat fanfiction. Contohnya serial buku Harry Potter yang memiliki banyak cerita dengan versi berbeda di berbagai platform menulis.
2# Content Writing Fokus Pada Pembaca
Menulis konten atau content writing fokus pada ego pembaca.
Sebelum menyusun konten, baik untuk blog atau medsos, kita perlu riset keyword atau topik yang relate dengan pembaca. Apa saja sih yang dibutuhkan pembaca dan apa yang bisa kita buat untuk menjawab pertanyaan tersebut. Membuat pembaca merasa menemukan jawaban setelah membaca konten menjadi lebih penting.
Ada beragam tools untuk mencari tren keyword. Kita bisa meriset keyword di kota hingga negara tertentu. Saat ingin membangun branding pun, kita juga butuh peka dengan tulisan artikel jenis apa yang menarik banyak pembaca, contohnya mengamati pageview di blog.
Hannah Olinger on Unsplash |
3# Fiksi Bisa Kita Tulis Sesuai Kehendak Hati
Menulis fiksi sesuai dengan apa yang kita suka.
Apakah kamu suka fantasi? Maka menulis cerita petualangan dan dunia fantasi pasti menyenangkan. Ketika dipaksa menulis cerita religi, jadi terasa membosankan karena bukan minat yang disukai.
Temukan minat menulis sesuai novel dan cerpen yang kamu sering baca. Amati genre apa yang membuatmu ingin tahu lebih banyak. Menulis fiksi membebaskan kita untuk menulis apa saja asal tetap menggunakan logika cerita yang masuk akal.
Jan Kahánek on Unsplash |
4# Content Writer Harus Berwawasan Luas
Menulis konten tidak selalu temanya kita suka.
Menjadi content writer berarti harus siap membaca berbagai tema yang tidak kita minati. Saat merintis karir content writer, kita harus membaca artikel pertanian dan otomotif sesuai pesanan klien misalnya meskipun kita kurang berminat pada topik tersebut.
Seorang content writer juga perlu keahlian membuat sudut pandang yang baru dari berbagai sumber artikel. Ketika menulis artikel untuk klien, ada juga yang harus membuat persona tertentu sesuai brief yang diberikan.
Sudah tahu ingin memulai karir menulis dari mana? Untuk menekuni keduanya juga tidak masalah, asal kalian tahu perbedaan mindset sebelum menulis.
Tidak ada komentar
Posting Komentar