Menulis bab pertama biasanya
membuat kalut penulis, termasuk saya. Outline
sudah rapi, premis sudah mantap, tetapi ketika akan masuk ke langkah awal
menulis ceritanya, mendadak writer’s
block melanda. Waduh gimana nih? Jadi inilah 4 langkah menulis bab pertama
yang mungkin bermanfaat buat kalian ya.
Oya menyusun bab pertama yang
memikat tentu menjadi hal yang perlu diperhatikan. Umumnya penerbit meminta
proposal naskah novel penulis berupa sinopsis, outline, dan beberapa bab pertamanya. Bayangkan saja kalau dari bab
1 ternyata tulisan kita bikin ngantuk, pasti nggak asyik tuh. Dan semua tips
ini tidak harus digunakan menjadi satu. Kalian bisa pilih salah satu sesuai
dengan ide yang ingin ditonjolkan. (Baca juga: Cara Optimasi Blog Lewat Twitter)
1. Perkenalkan gambaran karakter utama dengan cara menarik
Bab satu ini harus menunjukkan
pengenalan karakter utama dengan jelas. Cara mengenalkannya tentu bukan dengan
merinci nama lengkap, umur, hingga tinggi badan. Berikan gambaran aktivitas
yang sedang dilakukan. Bisa jadi dengan apa yang ia lamunkan atau percakapan
yang ia katakan dengan tokoh pendamping.
Contoh 3 paragraf pertama di bab 1
novel Red Thread
Laki-laki
itu muncul dari sudut keheningan yang tidak kuketahui. Musik yang mengalun
lembut di dalam kafe, membuatku sadar jika suara langkahnya sama sekali tetap
saja kalah dengan instrumen piano yang muncul dari tekanan jari seseorang.
Pianis yang sedang memainkan sebuah tembang lawas populer berjudul ‘Boulevard’,
membuat malam semakin gigil dan juga ngilu dalam keheningan.
Aku
sama sekali tak bisa menyembunyikan degupku yang sedikit tak waras.
Aku
menyebutnya tak waras, karena belum sebulan aku patah hati, tetapi mengapa aku
bisa tiba-tiba berdebar hanya dengan mendengar suara langkah kaki khas
laki-laki yang sedang berjalan ke arahku?
Jadi si tokoh utama sedang mengamati orang yang masuk ke kafe, kemudian hatinya berdebar. Jika bukan novel romance, coba ceritakan si tokoh sedang berada di mana. Menuliskan apa yang sedang menjadi bahan pikiran si tokoh utama menjadi alternatif menarik.
2. Berikan gambaran konflik yang harus dihadapi karakter utama
Tidak perlu menjelaskan secara
utuh konflik cerita di bab pertama karena ini nanti masuk di bagian
pertengahan. Ceritakan saja bagaimana si karakter mengalami masalah yang
nantinya akan berkaitan dengan konflik yang lebih besar. Misalnya, si tokoh
yang tinggal di kerajaan penuh konflik sementara tokoh ini sangat ingin
mengekspos kesalahan si Raja, maka watak mereka bisa berpotensi membawa
masalah. Ini juga bagus untuk memberikan gambaran sifat si karakter utama.
3. Tulis dengan menggunakan kelima
indra
Sebenarnya
ini berlaku untuk semua bab. Usahakan untuk menulis menggunakan panca indra. Jangan hanya
mendeskripsikan dengan satu kata sifat. Untuk mendeskripsikan seseorang sedang
marah, cobalah menuliskan bagaimana si karakter itu mukanya memerah dan bicara
dengan nada tinggi. Ketika ingin menggambarkan seseorang yang sedang kasmaran,
bisa juga tuliskan tentang tingkah laku yang menunjukkan emosinya. (Baca juga: Podcast Tips Penulis Produktif)
Contoh:
Arin
duduk melamun di atas ranjang. Sudah jam 12 malam tetapi ia belum juga bisa
memejamkan mata. Bibir tipisnya terus menyunggingkan senyum. Ia melihat ponselnya
berulang kali. Dibaca ulang pesan dari Arga, kakak kelasnya.
“Arin,
aku kangen. Besok aku mau ngomong sesuatu ya.” Itulah pesan dari Arga yang
membuat jantung Arin kebat-kebit tidak karuan.
4. Jangan membuat adegan klise
Sebisa
mungkin hindari adegan klise yang terlalu sering digunakan sebagai pembuka
cerita. Beberapa adegan yang menurut saya klise antara lain:
- Adegan jam beker berdering: adegan yang
dimulai dengan dering jam beker adalah adegan yang membosankan. Dulu sering
saya temukan di naskah teenlit (dan
saya juga sering melakukannya di awal menulis fiksi, hehe). Untuk pemula,
tulislah apapun yang kalian suka, tetapi semakin bertambah jam terbang
maka buat sekreatif mungkin.
Jika ingin membuat adegan tokoh di pagi hari, bisa saja ceritakan bagaimana posenya ketika tertidur, apakah sedang bermimpi, apakah ada teriakan dari orang tua atau keluarga yang membangunkan. Eksplorasi setting juga bagus untuk pembuka. - Kalimat tentang cuaca yang
membosankan: deskripsi
mengenai cuaca juga menjadi salah satu alternatif bab pembuka. Hindari menggunakan
pembuka semacam ini,
Matahari
bersinar terik, Teletubbies keluar dari rumah. Bunga-bunga bersemi indah.
Akan
menjadi berbeda jika ditulis seperti ini;
Ketika
Teletubbies keluar rumah, mereka menutup mata karena matahari sudah merangkak
tinggi. Baru berdiri beberapa menit di luar saja sudah membuat keringat
mengalir.
- Bab awal permulaan kegiatan
terlalu runtut: tokoh
digambarkan baru bangun lalu mau pergi kuliah, kerja, kemudian sarapan dan
bertemu keluarga. Permulaan bab bisa diambil dari kegiatan pagi hari
tokoh, tetapi bisa jadi dia sedang memasak, mendengarkan musik, atau malah
sudah di kantor dan sekolah.
Inilah 4
langkah menulis bab pertama yang memikat pembaca. Adakah ide lain dari kalian?
Bagi di kolom komentar ya.
4 komentar
makasih kak reffi share langkah-langkahnya.
bismillah semoga bisa diterapin.
otw insya Allah segera kirim bab 1 nya kak.
makasih sharingnya
Iyaa makasih udah mampir
Terima kasih kak atas sharing ilmunya, saya juga baru mulai menulis lagi.
Posting Komentar