Ada
beberapa pertanyaan
yang masuk menanyakan bagaimana saya bisa menyiapkan kelas dan juga sesi workshop sendiri padahal
menulis dan berbicara adalah dua hal berbeda. Memang jika kita percaya diri untuk
tampil di depan umum, belum tentu kita mudah menyampaikan ide lewat tulisan, begitu
pula sebaliknya.
Sebenarnya,
berbicara itu tidak terlalu sulit. Bukan berarti saya adalah seorang pembicara
andal sebab saya juga masih harus banyak belajar, tetapi menyampaikan ide
secara verbal sebenarnya bisa dibentuk dari menulis. Menulis tidak hanya mengeluarkan ide dan
keresahan hati, tetapi juga bagaimana kita menjadikan tulisan untuk merapikan
struktur berpikir.
(Baca Juga: Jadi Content Creator Jangan Nyebelin)
(Baca Juga: Jadi Content Creator Jangan Nyebelin)
Jika
terbiasa menulis dalam urutan yang sistematis, berbicara pun sama halnya. Berbicara saja tanpa asumsi dan
juga pendahuluan yang pas, seperti halnya tulisan yang mendadak masuk ke dalam
isi tanpa membuat pembukaan yang menarik pembaca.
Membantu Menyelesaikan Pertanyaan Sulit
Manfaat
pertama yang saya rasakan setelah terbiasa menulis adalah bisa sigap mencari
sumber referensi bacaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah serta
terbiasa untuk mencari sumber dari sudut pandang berbeda-beda. Contohnya ketika
saya hendak memilih fakultas apa yang ingin saya masuki setelah lulus SMU. Saya
tulis beberapa kelebihan kampus yang menarik minat dengan program studi serupa,
saya tulis informasi yang saya dengar, saya baca brosur akademiknya, lalu menulis
kembali kelebihan serta kekurangan masing-masing.
Source: Unsplash (@emilymorter) |
Begitu
pula ketika saya mengikuti konferensi atau lomba debat. Pertanyaan yang
diberikan saat kompetisi akan saya tulis ulang lalu saya baca perlahan. Setelah
ditulis,
biasanya ide akan muncul. Ide tersebut saya tulis lagi lalu ditelusuri unsur
sebab akibatnya sampai menemukan sekiranya jawaban apa yang paling pas untuk
sebuah pertanyaan. Memang tidak selalu pertanyaan itu akan mudah dijawab.
Setidaknya dengan menulis, keruwetan pikiran saya bisa terurai lalu soal dan
masalah yang saya hadapi bisa dibaca berulangkali sampai poin pentingnya bisa
ditemukan.
(Baca Juga: Jika Tulisan Harus Direvisi Besar-besaran)
(Baca Juga: Jika Tulisan Harus Direvisi Besar-besaran)
Apakah
kalian suka menonton serial atau drakor bertemakan crime? Para detektif dan pengacara biasanya selalu membuat catatan alur kasus di papan. Mereka
mencatat informasi apa saja
yang didapat dari saksi dan bukti yang ditemukan. Setelah
dikumpulkan dan diamati berulangkali, kumpulan catatan itu biasanya akan memberikan clue. Begitulah hebatnya aktivitas menulis. Kita pun bisa mempraktekkannya di
kehidupan sehari-hari.
Menulis Bisa Mendistraksi Emosi Negatif
Saya
adalah seseorang yang cukup perfeksionis jika soal goal dan target. Meskipun bukan seorang workaholic,
saya sangat suka membuat project dan
juga menerima banyak job menulis. Sesungguhnya ini terkait dengan manajemen
emosi saya. Jika saya terlalu lama
tidak menulis dan membaca, biasanya emosi saya mudah
terpicu naik. Apalagi jika membaca terlalu banyak berita negatif seperti isu Covid-19 di berbagai
negara. (Baca Juga: Manajemen Energi Penulis)
Source: Unsplash (@tengyart) |
Menonton
drakor dan membaca saja tidak cukup. Saya perlu menuliskan opini terlait
hal-hal yang meresahkan dan mengganggu pikiran saya. Makanya blog ini menjadi
salah satu media berharga yang merekam jejak catatan pikiran saya. Emosi
negatif bisa direduksi berkat menulis.
Menulis Membantu Kemampuan Berkomunikasi
Saya
pernah bertemu seseorang yang sebenarnya cerdas namun penyampaian idenya sangat sulit
dipahami. Setelah saya membaca tulisannya, ternyata banyak sekali istilah sulit yang saat
dibaca berkali-kali pun membuat alis saya mengernyit. Kecerdasan tidak dilihat dari sulitnya istilah
kata yang kita pakai, tetapi bagaimana kita menjelaskan hal yang sulit dengan bahasa
yang mudah dimengerti.
Source: Unsplash (@marcosjluiz) |
Maka
tiap kali saya akan menyiapkan kelas atau workshop
yang mengharuskan banyak bicara di depan orang lain, biasanya saya menyusun apa
saja kalimat yang akan saya ucapkan. Tidak sama persis, hanya semacam guideline agar saya tidak gugup karena
mencari bahan. Semakin mudah dimengerti tulisan yang saya buat, saya merasa
semakin mudah ketika menyampaikannya secara lisan. Saya harus paham dan
menguasai materinya, baru bisa menyampaikannya untuk orang lain.
Tentunya
menulis juga harus didampingi dengan membaca. Dua aktivitas ini tidak bisa
dipisahkan jika ingin memperbaiki kerangka berpikir dan kemampuan berkomunikasi
kita.
8 komentar
Apalagi nulis blog yang informasinya harus valid, berarti harus banyak membaca referensi2 lain
Wah benar sekali. Antara menulis dan membaca memang menjadi satu kepaduan. Dari aktivitas membaca sekaligus menulis memang benar membantu kerangka pola berfikir yang lebih logis dan signifikan. Otak tidak ribet dalam merangkai pikiran pun juga berbicara, maka dari itu saya sangat suka kedua aktivitas tersebut baik dalam hal nya membaca tulisan apapun begitu juga merangkai kata dalam tulisan.
Iya benar agar tidak menyesatkan pembaca
Iya jadi kalau mau berbicara pun kita sudah terbiasa kritis
bener... menambah literasi juga nih dengan menulis
Kasian klo kita malah memberi informasi yang sesat yah
Iya bener bangeet
Kualitas tulisanmu adalah cerminan dari kualitas bacaanmu. Mungkin seperti itu ya mbak, korelasinya menulis dan membaca.
Posting Komentar