Betapa sering kita mengeluh
kekurangan waktu untuk bersantai. Bahkan saya sendiri pernah merasakan hal yang
sama. Kerjaan freelance menulis
begitu banyak sampai saya muak melihat buku dan laptop. Ketika hendak
bersantai, saya merasa bersalah. Rebahan adalah kata yang saya hindari demi
mencapai target pribadi.
Sampai saya memutuskan untuk hidup
lebih waras dan seimbang. Saya mulai berolahraga, membatasi pekerjaan freelance, sesekali jalan-jalan bersama
keluarga dan sahabat, atau sekadar tidak melakukan apa-apa. Dan kini tiap hari
saya membiasakan untuk memberi waktu setengah sampai satu jam hanya untuk
rebahan sambil melamun melihat langit-langit kamar. Ternyata ketika membaca
buku Jangan Membuat Masalah Kecil Jadi Masalah
Besar karya Richard Carlson, bab soal diam tanpa melakukan apa-apa ini
dibahas dalam satu bab khusus.
Diam Sejenak Demi Produktivitas
Tanpa membaca dari berbagai sumber,
saya menemukan bahwa kunci dari produktivitas selain dari menyusun jadwal harian
dan membuat goal setting mendetail,
saya perlu melakukan kegiatan diam tanpa beraktivitas apapun, membiarkan otak
melayang bebas sebentar saja. Saya pernah mencoba meditasi, namun rasanya
sulit. Jadi pilihan rebahan sembari menatap langit-langit kamar menjadi pilihan
yang lebih mudah dilakukan.
Sumber: Unsplash (@trapnation) |
Saat diam, saya biarkan otak bergerak
dari satu hal ke hal lain. Tema novel yang akan saya tulis, rencana kerja hari
itu, atau sekadar membayangkan adegan drakor yang sedang saya tonton. Kegiatan ini
tanpa suara lain. Hanya saya dan detak jantung.
Entah bagaimana prosesnya,
keruwetan pikiran terurai. Tiba-tiba saya dapat ide bagus untuk lanjutan bab
novel contohnya. Maka ketika sedang buntu ide, saya tutup laptop sejenak,
rebahan di atas kasur sambil pasang alarm supaya tidak kebablasan. Otak rileks
malah membuat produktivitas ide meningkat.
(Baca Juga: Lebih Waras dengan Motto Bodoh Amat)
Belajar Melepaskan
Mama saya sering mengeluh badan kaku
dan kepala pusing. Saya dan Papa langsung tahu penyebabnya. Mama adalah tipe
ibu rumah tangga yang tidak akan bisa istirahat jika cucian masih menumpuk,
rumah belum dibersihkan, atau masakan belum selesai dibuat. Padahal, saya,
adik, dan Papa maklum jika memang Mama capek maka pekerjaan rumah tangga tidak
perlu dipusingkan. Rumah biar bisa dibersihkan anak-anaknya dan jika masakan
belum matang pun bisa kami beli di warung. Tidak ada yang memaksa Mama.
Sikap perfeksionis itu menyiksa Mama
hingga sekadar tidur siang pun sulit meskipun anak-anaknya sudah dewasa. Otak yang
selalu dalam kondisi ready juga tidak
bagus. Saya menyarankan Mama agar belajar melepaskan rasa bersalah dalam
mengurus rumah. Ibu-ibu lain tetap bisa tidur siang meskipun baru mengerjakan
60% pekerjaan rumah tangganya.
“Jadi emak-emak itu kerjaannya nggak
pernah habis,” kata Mama.
Memang benar jika memikirkan
pekerjaan itu, maka kecemasan akan meningkat. Saya dan adik pun sering
mengingatkan kalau toh masakan belum siap, kami bisa makan di luar. Kerjakan
saja yang prioritas, misalnya mencuci baju cukup dua hari sekali saja. Papa pun
membelikan mesin cuci agar beban kerja Mama lebih terbantu. Saya juga mencuci
baju sendiri di kos.
Sumber: Unsplash (@nate_dumlao) |
Ini juga yang saya terapkan di diri. Dulu
saya akan senang hati menerima tawaran menulis dari banyak klien. Selain masih
belum berumahtangga, saya merasa perlu untuk memperoleh tambahan dana untuk traveling. Lama-kelamaan menulis jadi
membosankan. Saya lebih banyak menulis untuk klien daripada kesenangan pribadi.
Novel pun tidak selesai karena waktunya tersisihkan.
Jadinya, saya mulai memilah mana
pekerjaan freelance yang sekiranya
bisa saya kerjakan dan tidak mengganggu waktu bersantai. Saya tidak kalap
mengikuti berbagai lomba menulis lagi. Ada lomba yang harus saya lepas karena
saya mendapat project yang lebih
menjanjikan. Semua tergantung kebutuhan di saat itu. Saya tetap butuh waktu
leyeh-leyeh demi kesehatan mental dan batin.
(Baca Juga: Tips Law Of Attraction)
Momen Eureka dari Bersantai
Di salah satu artikel yang pernah saya
baca, Archimedes mendapatkan momen Eureka-nya ketika sedang berendam di bak
mandi. Ia memecahkan teori ilmiah justru ketika tidak sedang duduk menghadap
buku sambil berpikir. Hal inilah yang sering terjadi, kita mendapat ide ketika
sedang buang hajat atau saat main-main air di kamar mandi.
Tidak melakukan apa-apa berarti membiarkan
tubuh dan otak melanglang buana sesuai keinginan mereka. Asal tidak kebablasan
malas sampai pekerjaannya tidak diselesaikan. Waktu bersantai ini disesuaikan
kebutuhan.
Saya suka berpikir dan bekerja tetapi
juga meluangkan waktu untuk bersantai ringan tiap hari. Matikan internet, hirup
aromaterapi, lalu nikmati me-time
dengan senang hati.
4 komentar
Iya juga yah. sama seperti Archimedes, Newton menemukan teori gravitasi pas lagi tiduran di bawah pohoh apel dan tiba kjatuhan buah apel.
Iya benar, makanya pikiran rileks malah bisa membuat kita mendapat ilham
Betul tubuh kita mwmerlukan istirahat, pikiran kita butuh tenang. Banyakhal yang biaa dilakukan agar pikiran kita fresh lagi
tidak melakukan apa-apa juga merupakan kegiatan yang cukup sulit, kadang bisa menguras pikiran dan juga tenaga
Posting Komentar