Akhirnya sampai
juga di hari terakhir jalan-jalan di Kuala Lumpur. Di hari ketiga ini saya
bersyukur karena bisa bangun pagi dengan segar setelah kaki rasanya capek dan
mau lepas karena kebanyakan dipakai berjalan. Saya dan Lita berdiskusi dulu mau
jalan-jalan ke mana paginya sebelum kita check
out lalu ke bandara karena jam terbang kembali ke Surabaya adalah pukul
16.30.
Karena kami
memang tidak memesan kamar dengan layanan breakfast,
tentu saja setelah mandi pagi saya dan Lita jalan ke area belakang hotel untuk
mencari sarapan. Di sinilah kami tahu jika hanya perlu lima menit jalan kaki
untuk sampai Fahrenheit Mall. (Baca Juga: Trip KL Day 2 )
Setelah
beberapa menit berjalan, kami sampai di sebuah warung yang baru buka. Warung
itu menjual nasi goreng dan ada label halalnya. Ternyata nasi gorengnya belum
buka, jadi kami putuskan untuk sarapan roti canai khas India. Yang menjual
adalah orang India yang Bahasa Inggrisnya lumayan agak sulit dipahami karena masih
tercampur aksen khasnya. Untung saya bisa berkomunikasi setelah beberapa kali
menanyakan apa maksud si bapak penjual.
Kalau doyan belanja barang impor, di sini surganya |
Meskipun di jam
ponsel yang sudah disetting sesuai dengan waktu di Kuala Lumpur menunjukkan
pukul 6, langit masih gelap karena selisihnya satu jam sama Waktu Indonesia
Bagian Barat. Di jam segini sudah banyak orang-orang berjalan kaki menuju
tempat kerjanya masing-masing. Selama di sini, fenomena orang-orang berjalan
kaki ini membuat saya kagum. Di Sidoarjo dan Surabaya kebanyakan orang
menggunakan sepeda motor dan mobil jika ingin berangkat kerja. Pagi-pagi wajar
sekali jika terdengar suara klakson di mana-mana.
Angkutan umum
di Kuala Lumpur termasuk cukup rapi. Pengguna sepeda motor tidak sebanyak di
kota saya. Orang-orang berpakaian rapi turun dari bus kota lalu jalan agak jauh
dari jalan raya bukan menjadi pemandangan aneh di Kuala Lumpur. Selesai sarapan
saya berjalan lagi ke arah jalan utama Bukit Bintang dan mengambil beberapa
foto dengan latar pagi hari. Setelah agak siang, kami pun memesan taksi Grab
untuk menuju destinasi berikutnya yang baru diputuskan saat kami sarapan.
Harusnya sih saya tulis ini di hari kedua tetapi karena lupa jadi saya sisipkan di sini. Street Art di Jalan Alor ini adalah gang yang isinya bangunan dan dinding yang dicat warna-warni. Banyak mural unik yang menjadi tempat asyik untuk difoto. Tetapi areanya tidak terlalu luas jadi saya hanya memotret bangunan-bangunan bagusnya.
Jalan Alor Street Art
Harusnya sih saya tulis ini di hari kedua tetapi karena lupa jadi saya sisipkan di sini. Street Art di Jalan Alor ini adalah gang yang isinya bangunan dan dinding yang dicat warna-warni. Banyak mural unik yang menjadi tempat asyik untuk difoto. Tetapi areanya tidak terlalu luas jadi saya hanya memotret bangunan-bangunan bagusnya.
Saya juga menyempatkan diri untuk berfoto cantik. Aduh rasanya malas pulang walau di beberapa bagian itu ada yang bau kurang sedap karena lokasi gang di area belakang restoran, jadi tempat pembuangan sampah dan selokan pun berada di situ.
Hello from me! |
Hotel gambar kucingnya lucu banget |
Berkunjung Ke Royal Museum
Nah awalnya
saya sempat ingin pergi ke pagoda begitu, tetapi melihat jaraknya yang lumayan
sementara saya dan Lita masih mau membeli oleh-oleh, maka saya mencari lokasi
lain yang menarik untuk dikunjungi di Kuala Lumpur. Saya menemukan tempat bagus
yang sepertinya masih jarang dieksplor kawan-kawan lain yang pernah ke Kuala
Lumpur, bahkan Lita saja yang setahun lalu datang kemari juga baru tahu adanya
museum ini.
Royal Museum
atau nama lainnya Muzium Diraja adalah istana lama Yang Dipertuan Agung, sultan
utama di Malaysia. Terletak di Jalan Syed Putra dan memiliki luas 50,000 meter
persegi. Sesampainya di sana masih pukul 8 pagi, jadi saya dan Lita menunggu di
depan gerbang selama sejam sampai pukul 9 waktunya buka. Mata saya langsung
terbelalak kagum karena bagian halaman depannya bisa dipakai main bola atau
main golf. Gulung-gulung pakai dress buat rekaman video klip juga bagus
(hahaha, oke imajinasi saya kadang terlalu liar).
Menurut Wikipedia,
istana ini mulanya dibangun oleh seorang miliarder keturunan Cina bernama Chan
Wing pada 1928. Lalu pada masa pendudukan Jepang di tahun 1942-1945, istana
megah ini dijadikan tempat tinggal gubernur Jepang untuk Kuala Lumpur. Akhirnya
pada tahun 1957, bangunan direnovasi lalu dijadikan tempat tinggal Yang
Dipertuan Agung bersama keluarganya. Jadi baru di sini saya tahu jika Malaysia
terbagi menjadi beberapa negara bagian yang dipimpin Sultan. Nantinya tiap 5
tahun sekali akan dipilih secara bergantian siapa yang selanjutnya menjadi Yang
Dipertuan Agung untuk memimpin seluruh wilayah Malaysia.
Selain halaman
yang cantik dan luas, saya suka dengan desain bangunannya yang mirip bangunan
ala Turki dan sentuhan Eropa. Ada bagian-bagian atap berbentuk kubah dan taman
bunga yang dirawat cantik. Pengunjung dewasa hanya perlu membayar 10 ringgit. Sandal
dan sepatu dilarang dipakai di dalam istana yang kini menjadi museum ini. Dan kami
dilarang mengambil foto di bagian dalam. Ada banyak CCTV terpasang di dalam
bagian museum. Jadi saya hanya bisa mengambil foto di luar bangunan.
Untuk pertama
kalinya saya memasuki bekas tempat tinggal seorang sultan. Bangunan yang
terbagi dari ruang tamu, kamar kerabat, dapur, perpustakaan, kamar pribadi
permaisuri dan Yang Dipertuan Agung, pun bisa dilihat. Suhu udara sejuk karena
di dalam gedung terpasang AC di mana-mana. Banyak foto-foto lama dari Yang
Dipertuan Agung yang pertama serta kunjungan diplomatik seperti foto Putri
Diana digantung di dinding istana. Sentuhan warna emas dominan memberi kesan
mewah. Desain interior juga sangat elegan. Beberapa bagian terkesan feminin dengan
sentuhan warna merah muda dan ungu karena permaisuri yang mendesain.
Aslinya tangan
gatal ingin diam-diam memotret buat kenang-kenangan tanpa diposting di medsos,
tetapi daripada nanti kena masalah jadi saya urung melakukannya.
Oleh-Oleh di Petaling Street
Nah jalan-jalan
terakhir kami ke Petaling Street. Di sini saya membeli gantungan kunci 12 buah
untuk keluarga dan kawan kantor. Lalu saya diajak Lita mampir ke sebuah
supermarket untuk membeli cokelat. Saya kalap belanja beberapa cokelat buatan
Malaysia untuk diri sendiri dan keluarga. Di Petaling Street juga banyak dijual
souvenir, tetapi saya hanya memilih gantungan kunci karena bahan kaosnya panas.
Di Indonesia juga banyak kalau mau.
Berakhir sudah
liburan tiga hari saya bersama Lita di Kuala Lumpur. Saya bahagia dan bersyukur
sebab bisa juga ke luar negeri pada akhirnya, hehehe. Di sini saya sempat berbincang
dengan salah satu TKW asal Probolinggo yang baru setahun bekerja. Katanya tiap
malam dia main kucing-kucingan dengan polisi setempat agar tidak ditangkap. Izin
kerja legalnya sudah habis dan masih ada kontrak 5 tahun lagi.
Perjalanan ke
tempat baru selalu menambah wawasan dan membuat hati hangat ketika berinteraksi
dengan masyarakat setempat. Semoga tahun depan saya bisa menjelajah ke tempat
lain lagi. Eh, saya sudah pesan tiket berangkat sih di bulan April. Semoga rencana
saya dan Lita bisa lancar tahun depan. Happy
traveling!
Oya, saya juga sudah membuat video sederhana perjalanan awal saya sampai selesai di Youtube. Jangan lupa klik like dan subscribe ya. Mohon maaf jika videonya amatiran banget :D Klik di sini untuk melihat videonya.
Oya, saya juga sudah membuat video sederhana perjalanan awal saya sampai selesai di Youtube. Jangan lupa klik like dan subscribe ya. Mohon maaf jika videonya amatiran banget :D Klik di sini untuk melihat videonya.
4 komentar
Lihat mural gitu jadi inget Galeri Nasional di Jakarta. Selalu jadi objek bagus buat foto..
Nama mall-nya mantep juga. Fahrenheit. Tinggal nunggu yang Celcius, Reamur, Kelvin. :D
wah bagus juga ya, asyik jalan2nya
Ditunggu update an jalan jalannya ke negara lain 🤗
Makasii, masih agak lama hehe
Posting Komentar