Pada sebuah acara
tulis-menulis, salah satu peserta acara bertanya kepada saya,”Kak, tolong
ceritakan bagaimana proses kreatif kakak saat menerbitkan buku ini?”
Saya tidak langsung
menjawab dan tersenyum lebar. Bagaimana ya menjelaskannya? Meski belum menjadi
penulis bestseller, saya memang berhasil menerbitkan beberapa buku. Sebagian
buku itu terbit karena lolos seleksi atau menjadi finalis sebuah lomba dan ada
satu buku berformat ebook yang diterbitkan salah satu penerbit mayor. Semua
karya itu punya sejarah yang berbeda-beda. Sama sekali tidak bisa disamakan. (Baca juga: Menggunakan Teori Bagaimana Kalau Untuk Memancing Ide)
Kalau Anda mengetik
kalimat ‘cara kreatif menulis sebuah buku’ di halaman Google, maka akan keluar
ratusan link situs yang bisa memberikan tips terbaik. Apalagi jika mencari
sumber dari bahasa Inggris pasti akan muncul lebih banyak lagi. Menulis itu
sama dengan proses pertumbuhan manusia. Ada masa penulis masih banyak melakukan
kesalahan tata bahasa atau malah tidak tahu cara yang tepat meletakkan titik
koma.
Seiring berjalannya waktu, jika Anda terus menulis dan tidak berputus asa, maka perkembangan itu akan terlihat dari karya-karya yang lahir. Dan seperti halnya manusia yang butuh nutrisi yang baik dan cukup agar bisa tumbuh optimal, penulis juga perlu mengisi intelektualitasnya dengan sumber informasi serta bacaan agar sumur gagasannya tidak kering.
Seiring berjalannya waktu, jika Anda terus menulis dan tidak berputus asa, maka perkembangan itu akan terlihat dari karya-karya yang lahir. Dan seperti halnya manusia yang butuh nutrisi yang baik dan cukup agar bisa tumbuh optimal, penulis juga perlu mengisi intelektualitasnya dengan sumber informasi serta bacaan agar sumur gagasannya tidak kering.
Gagasan atau ide bergerak
seperti hantu, tidak tahu kapan datang dan akan segera kabur jika tidak segera
kita bekap dalam tulisan. Menulis adalah
kegiatan menguraikan gagasan agar bisa menjadi lebih rinci. Menulis
adalah menyampaikan gagasan agar bisa terdokumentasikan dan dibaca banyak
orang.
Gagasan akan terbang di udara, tidak teraba tetapi bisa kita hirup keberadaannya, bisa kita ingat-ingat di kepala, bahkan bisa jadi kita tertegun karena kagum pada sang ide. Dan inilah cara yang saya lakukan agar gagasan itu bisa tertangkap hingga bisa selesai menjadi sebuah tulisan.
Gagasan akan terbang di udara, tidak teraba tetapi bisa kita hirup keberadaannya, bisa kita ingat-ingat di kepala, bahkan bisa jadi kita tertegun karena kagum pada sang ide. Dan inilah cara yang saya lakukan agar gagasan itu bisa tertangkap hingga bisa selesai menjadi sebuah tulisan.
1.
Menerima
Gagasan Apa Adanya
Gagasan
menulis bisa dari orang yang kita ajak bicara, keluarga yang berkomentar
nyinyir pada artis, atau bahkan dari anak kecil yang menjadi pengamen di jalan
raya. Ketika Anda terpukau dengan suatu topik yang mendorong Anda untuk menulis
maka segeralah catat. Saya biasa mencatat di smartphone jika mendadak ada
gagasan yang mengetuk kepala.
Catatan itu sangat random dan berbeda-beda topiknya dari yang sangat sepele seperti pohon yang daunnya jatuh karena angin atau agak berat seperti presiden yang dihujat rakyatnya. Tak ada gagasan yang saya hina. Semuanya saya rangkul dan saya catat. Kesalahan pertama seorang penulis adalah menyepelekan gagasan yang ia dapat. Padahal dari gagasan yang sangat sederhana pun bisa menjadi tulisan yang hebat jika dikembangkan, seperti JK Rowling yang mendapat gagasan menulis Harry Potter saat ia melakukan perjalanan dengan naik kereta. (Baca Juga: Menjemput Ide)
Sumber: (Unsplash) |
Catatan itu sangat random dan berbeda-beda topiknya dari yang sangat sepele seperti pohon yang daunnya jatuh karena angin atau agak berat seperti presiden yang dihujat rakyatnya. Tak ada gagasan yang saya hina. Semuanya saya rangkul dan saya catat. Kesalahan pertama seorang penulis adalah menyepelekan gagasan yang ia dapat. Padahal dari gagasan yang sangat sederhana pun bisa menjadi tulisan yang hebat jika dikembangkan, seperti JK Rowling yang mendapat gagasan menulis Harry Potter saat ia melakukan perjalanan dengan naik kereta. (Baca Juga: Menjemput Ide)
2.
Mendeskripsikan
Gagasan Menjadi Film di Kepala
Langkah
berikutnya setelah mencatat gagasan, saya akan memilih satu per satu dan mulai
mencari tempat terbaik untuk melamun. Saya melamunkan gagasan tersebut menjadi
sebuah film yang saya perankan sendiri. Saya mulai merangkai kalimat inti dan
memunculkannya menjadi sebuah gambar bergerak atau visual di kepala.
Jika membuat sebuah cerita fiksi, saya akan mulai merangkai bagian awal, konflik, dan bagaimana karakter tokohnya sejelas mungkin. Sinopsis sudah harus tersusun rapi di otak baru kemudian segera saya tuliskan. Atau misalnya menulis artikel non-fiksi, saya akan mulai membayangkan bagaimana alurnya, tujuan yang ingin saya capai dan bagaimana tulisan itu akan berakhir. Latihan mental ini cukup efektif untuk menanamkan di alam bawah sadar bahwa tulisan saya bisa diimajinasikan, tidak kering dan hidup.
Sumber: | (Unsplash)
Jika membuat sebuah cerita fiksi, saya akan mulai merangkai bagian awal, konflik, dan bagaimana karakter tokohnya sejelas mungkin. Sinopsis sudah harus tersusun rapi di otak baru kemudian segera saya tuliskan. Atau misalnya menulis artikel non-fiksi, saya akan mulai membayangkan bagaimana alurnya, tujuan yang ingin saya capai dan bagaimana tulisan itu akan berakhir. Latihan mental ini cukup efektif untuk menanamkan di alam bawah sadar bahwa tulisan saya bisa diimajinasikan, tidak kering dan hidup.
3.
Memulai
Komitmen Namun Tidak Narsis dengan Karya Sendiri
Ikatlah
gagasan dengan komitmen tetapi jangan narsis mencintainya terlalu berlebihan
sampai menyakiti diri sendiri. Di masa awal mulai mempublikasikan tulisan, saya
begitu tergila-gila dengan berbagai lomba menulis atau proyek antologi. Hasilnya
memang beberapa menang atau lolos, tetapi tubuh saya ambruk kelelahan.
Kini
komitmen menulis saya jalankan tidak lagi sebagai ambisi. Saya juga menemukan
banyak kekurangan dari karya yang sudah terbit serta ingin berkarya lebih baik
lagi. Tidak narsis dengan karya sendiri, mencintai secara pas dan mengakui
kekurangan tanpa mengenyampingkan kelebihan, dan komitmen pada satu gagasan
sampai selesai baru melompat ke gagasan lainnya terasa jauh lebih meneyehatkan.
(Baca Juga: Tips Memancing Ide Menulis)
(Baca Juga: Tips Memancing Ide Menulis)
Saya
tidak terburu-buru untuk mengerjakan beberapa proyek menulis dalam waktu bersamaan.
Di pagi sampai sore, saya akan bekerja dengan fokus di kantor, dan di sela
waktu senggang saya baru menulis sesuai dengan deadline yang saya ambil.
4.
Membuat
Daftar Pertanyaan
Sumber: @glenncarstenspeters (Unsplash) |
Ide
dasar yang sudah didapat akan saya hadapkan dengan banyak daftar pertanyaan. Baik
yang berbentuk artikel non-fiksi hingga fiksi akan saya buat pertanyaan
imajiner dalam bentuk 5W+1H untuk menggali isi tulisan lebih dalam. Pertanyaan-pertanyaan
itu akan membuat saya fokus pada alur yang lebih terkonsep dan riset detail
tulisan supaya lebih dalam.
Gagasan
sudah didapat dan terkonsep menjadi ide yang matang maka saya akan membuat
deadline sendiri. menulis terus tanpa mengedit wajib dilakukan agar tidak
terdistraksi. Di tengah proses menulis, mungkin saya bisa menghadapi kebuntuan,
maka menulis random supaya isi kepala tidak macet adalah cara yang cukup ampuh.
Jika sudah lancar, lanjutkan proyek awal agar bisa selesai sesuai deadline. Dalam
sebuah proyek menulis, saya juga akan menyempatkan diri untuk membaca untuk
memperkaya bahan atau kosakata.
Walaupun langkah-langkah
di atas terkesan tidak sistematis, itulah yang saya lakukan tiap kali akan
menulis hingga selesai. Menulis itu harus dikombinasikan dengan kegiatan
mental, merasakan dalam hati dan menambahkan bahan bacaan. Anda bisa memilih
mau mulai dari mana atau mencoba yang bagian mana. Tidak ada cara yang baku dan
yang paling penting adalah menulislah saja tanpa banyak bertanya.
Tidak ada komentar
Posting Komentar