Woles adalah kata yang kini menjadi penting di tengah dunia maya atau juga
dunia nyata. Lihat saja betapa sering kita temukan orang tidak saling kenal
bisa bertengkar
hingga menulis komentar menyakitkan untuk saling serang di kolom postingan atau sebuah berita di dunia maya. Berlanjut ke lingkungan
sekitar yang hobi merecoki atau mengomentari orang lain hingga membuat kita
tidak nyaman.
Betapa sulitnya untuk hidup woles, santai dengan tidak repot
berkomentar untuk orang lain. Saya pun merasakan hal yang sama. Maunya rileks,
menjalani hidup dengan baik tanpa gangguan, eh seketika niatnya buyar karena
komentar julid orang lain. Kini melatih diri untuk berpikir woles memang bisa saya lakukan, meski
kadang kalau mood sedang jelek maka
usaha woles pun gagal.
Tidak selamanya memang kita mudah untuk
bersikap woles. Tetapi seperti yang
saya terapkan
pada diri, woles itu bisa dilatih. Hal
ini harus kita pelajari agar hidup tidak
mudah terganggu hanya karena komentar dan kritik orang yang tidak membangun. Kita
pun belajar agar jangan sampai suka nyinyir pada orang lain. Woles meski teman kita ada yang lebih sukses contohnya.
Inilah 5 hal yang bisa kita terapkan agar hidup bisa lebih woles.
Menciptakan bahasa optimis bukan sekadar diucapkan di
lidah. Hal yang paling utama adalah ubahlah persepsi bahasa yang sering muncul
di kepala kita. Pilihlah bahasa optimis namun tidak bermakna mengajak
berperang. Apa maksudnya?
Pilihan kata seperti, ‘Aku harus mengalahkan
si A’ Atau kata seperti ‘Waktunya berjuang di hari baru’, kesan awalnya memberi
optimis menyuntikkan semangat juang. Padahal tanpa sadar, jika kita menganggap orang lain sebagai lawan
dan menganggap
hari esok sebagai medan pertempuran, hidup akan lebih tegang. Stres pun lebih
mudah datang.
Ciptakan bahasa optimis yang membuat kita kuat
namun juga rileks. Bangkitkan optimisme dalam diri agar bisa santai meski hidup
tidak selalu ramah. Yang sering saya lakukan ketika pagi hari adalah membuka
mata lalu mengucap syukur. Ketika bercermin saya berkata,”You are great and beautiful, Reffi.”
Mulanya saya tidak tahu jika hal itu ada
gunanya. Namun melihat respons saya pada kritik yang kadang-kadang menjatuhkan
lalu saya yang tidak terlalu ambil pusing, saya sadar jika saya merasa percaya
diri. Saya anggap orang-orang julid itu hanya iseng atau mungkin iri pada apa yang saya hasilkan. Saya akan mendengar kritik dengan bahasa
santun yang memberi perbaikan, bukannya menyinggung tanpa dasar.
Melepas Ketegangan
Know your mind and body sincerely. Kita harus mengenali tanda-tanda tubuh jika sedang telalu tegang hingga stres muncul. Seperti saya akan tahu jika tubuh ini minta istirahat dari asam lambung naik meski makan teratur, tubuh sakit-sakit karena kurang olahraga, dan mood swing yang mendadak semakin buruk.
Saya dulu tidak tahu jika gejala di atas adalah tanda jika saya sedang
stres. Tetapi ketika sahabat tedekat mengingatkan saya agar bisa lebih woles dan tidak moody, baru saya renungkan sebenarnya ada apa dengan saya. Kini meski misalnya saya belum tahu apa
penyebab stres, ketika alarm tubuh berbunyi seperti asam lambung tinggi atau badan
kurang fit, maka saya matikan internet, berolahraga atau menonton drama korea kesukaan. Tarik
napas dalam-dalam lalu merenung. Pilihlah kegiatan apa saja yang tidak memberi
beban dan membuat kita lebih tenang.
Hidup di Masa Kini
Dengarkan napas, lihat arah langkah kaki, perhatikan apa yang ada di sekitar kita. Biarkan diri sadar sekarang berada di mana, arahkan kesadaran ke hari ini, saat ini, bukannya mengembara ke masa lalu atau masa yang belum kita tahu bentuk dan rupanya. Saat saya sedang merasa penuh tekanan, saya coba tips sederhana seperti menutup mata lalu bernapas pelan-pelan. Saya hayati napas itu sampai tubuh rileks.
Atau cara yang paing
cepat biasanya saya pergi ke tempat khusus body
massage. Saya catat apa saja yang sudah saya lakukan hari ini. Kalau kepala
terasa penuh dengan tujuan yang akan datang, saya sederhanakan dengan mencatat
apa yang bisa saya kerjakan hari ini dari skala prioritas tertinggi. Fokus pada
saat ini membantu kita menyederhanakan keruwetan pikiran.
Melepas emosi negatif seperti
iri, tinggi hati, rendah diri dan perasaan lain yang bisa menjadi toxic. Bagaimana cara melepaskan jika
curhat, menulis atau melakukan hobi tidak bisa membuang emosi negatif yang
bertahun-tahun telah terkumpul? Cobalah cari bantuan ahli. Fokuslah pada apa
yang penting buat diri kita, jangan terlampau fokus dengan milik orang lain. Mulai
berlatih meditasi atau memperbanyak aktivitas mendamaikan misal beribadah juga
diyakini mampu menurunkan kadar emosi buruk.
Kita tidak perlu mencapai keberhasilan tertentu
untuk menjadi bahagia. Bedakan kesuksesan dengan bahagia. Dulunya saya juga
berpikir untuk menjadi bahagia maka saya harus sukses A, mencapai B atau
mendapat Z. Euforia kebahagiaan ketika
berhasil mendapat sesuatu itu kadang semu, hanya berlangsung sesaat. Kalau hati
tidak bahagia dan merasa tidak puas, ya sedih lagi pastinya.
Bahagialah dengan
kondisi tubuh yang kita miliki. Bahagialah dalam memilih apapun yang kita
jalani. Bahagialah ketika pernah kalah dan berduka. Bermimpi lalu mencapai
keberhasilan adalah bagian kecil dari kebahagaiaan. Penerimaan diri sepenuhnya
dan menciptakan bahagia itu keputusan kita.
Itulah 5 cara agar
hidup bisa lebih santai dan woles. Dan
semuanya adalah kondisi yang bisa kita ciptakan serta bisa kita kendalikan. Tidak
ada lagi nih kalimat,”Gara-gara dia makanya aku nggak happy.” Choose your sanity with being happy!
6 komentar
Mari lihat sedikit lebih baik
Supaya kau dapat hidup jadi diri sendiri
jadi nyanyi lagunya JKT48 hehe
ini lagi banyak yg seliweran postingan atau status tentang depresi
saya sepakat pada poin bedakan kebahagiaan dan pencapaian
bahagia tercipta dari apa yang kita pikirkan sendiri
di balik setiap kegagalan, rasa sakit, atau kecewa, selalu ada yang bisa disyukuri
makasih sharingnya
Benar, bahagia itu keputusan bukan keadaan 😊
poin terkahir, bedakan antara pencapaian dan kebahagiaan. kita ga perlu bahagia dengan harus di pencapaian tertentu, harusnya bahagia itu bisa setiap saat.
saya selama ini beranggapan, bahagia setelah mencapai sesuatu, konsep saya ternyata salah. kalau indikatornya pencapaian, maka saya ga akan pernah bahagia karena ga semua cita2 dicapai seluruhnya. pikiran saya terkadang toxic
intinya adakan me time dan hindari kata2 negatif sekalipun komenan lawan negatif ke kita.
Salam kunjungan dan follow :)
Posting Komentar