Ramadan adalah bulan yang
selalu membawa berkah. Siapapun pasti setuju jika bulan suci ini menjadi satu
bulan penuh kebaikan. Berkah ramadan juga saya rasakan diiringi dengan banyak
perubahan. Perubahan tersebut dimulai dari perubahan jam tidur, pergeseran jam makan, dan tentunya
berusaha menjaga kondisi tubuh agar tetap fit selama berpuasa.
Soal limpahan pengamapunan dan
pahala, sudah bukan hal yang asing buat kaum muslim, namun berkah ramadan kali
ini saya merasakan jika apa yang dulunya terlihat penting, kini telah menjadi
hal yang tidak utama lagi. perubahan itu meliputi keinginan berlebih dan
perasaan-perasaan lain yang kadang sering mengganggu pemikiran saya.
Tak Perlu Berlebihan
makan secukupnya Photo by Brooke Lark on Unsplash |
Ramadan di tahun-tahun
sebelumnya selalu identik dengan kudapan, camilan dan makanan berat. Biasanya jika sedang di rumah,
saya akan mempersiapkan diri untuk membeli jajanan
atau gorengan baru makan nasi. Sebelum berbuka, kepala saya dipenuhi
dengan rencana mau makan apa. Terlebih lagi saya tinggal di tempat kos mulai
dari Senin sampai Jumat. Rencana untuk membeli makanan tertentu sekilas
menyenangkan, tetapi setelah waktunya berbuka, makanan-makanan kecil malah tak
sempat saya sentuh.
Tahun ini frekuensi membeli
makanan berlebihan sudah turun drastis. Tiap kali mulai bermunculan ide menu
makanan yang
ingin saya beli, selalu saya telaah berkali-kali, apakah benar saya ingin makan
itu atau
hanya sekadar lapar mata?
Menariknya, mungkin karena
berkah latihan menahan diri untuk membeli makanan sia-sia, efek lainnya nafsu
membeli buku juga perlahan berkurang. Di bulan-bulan sebelumnya, saya sering
menghamburkan uang demi buku. Bahkan saya sampai rela membeli buku impor yang harganya mendekati biaya
kos saya sebulan. Bulan ini tiap kali jari dan mata bergerilya mencari buku
terbaru, saya ingat kalau masih banyak
tumpukan buku
yang belum dibaca. Setidaknya di
bulan Ramadan kali ini, jika harga buku incaran terlalu mahal, saya dapat
menahan diri sampai harganya turun.
Manajemen Waktu
Berkah ramadan paling besar selain ibadah yang memiliki kualitas lebih
baik, tentunya masalah
manajemen
waktu. Manajemen waktu adalah hal yang lekat dengan kehidupan saya bahkan sampai hal
terkecil seperti manajemen waktu makan juga harus saya atur. Jujur saja, saya
adalah tipe orang yang tidak terlalu menyukai keteraturan. Saya suka spontanitas tetapi karena memiliki masalah kesehatan yang harus dijaga, mau tidak mau
disiplin menjadi bagian dari hidup.
Photo by Andrik Langfield on Unsplash |
Awal puasa tentu lambung saya
agak rewel, tetapi seiring berjalannya waktu, makan di saat sahur dan berbuka
membuat pola teratur yang bersahabat buat lambung. Asam lambung hanya naik menjelang
waktu berbuka. Saya juga lebih berhati-hati dalam memilih menu sahur,
setidaknya saya paham mana makanan yang tidak baik dikonsumsi terlalu banyak.
Selain itu, saya jadi punya
jadwal tertaru untuk menulis. Setelah salat tarawih, saya akan
menulis setengah atau sampai satu jam. Mata akan mulai mengantuk menjelang jam
sepuluh malam. Jam tidur jauh lebih teratur karena saya tidak ingin melewatkan waktu sahur. Sebagai penderita gastritis, sahur adalah
kegiatan wajib yang tidak boleh dilewatkan. Orang lain bisa saja puasa tanpa sahur, namun kondisi lambung
saya tidak memungkinkan hal tersebut.
Mengurangi yang Tidak Penting
Sudah mulai dua tahunan ini
saya mengurangi ikut kegiatan buka bersama yang saya rasa tidak terlalu mendesak
untuk diikuti. Bukannya saya malas silaturahmi, tetapi saya sering merasa jika
bukber diisi dengan ngobrol-ngobrol biasa, foto-foto lalu agak susah untuk
beribadah. Dan hal yang paling menonjol adalah pemborosan uang.
Berkumpul dengan orang terdekat itu lebih baik Photo by british actions on Unsplash |
Di bulan ramadan kali ini,
saya jauh lebih bahagia. Saya bisa melakukan hal positif seperti menjadi
pembicara di luar kota dalam hal menulis, jalan-jalan singkat untuk menambah
pengetahuan dan berbuka dengan orang-orang terdekat saja. Hampir tidak ada ajakan berbuka kecuali dari sahabat
terdekat. Itu jauh lebih menyenangkan. Waktu bersama keluarga terasa lebih
penting karena saya hanya bisa berkumpul dengan mereka di akhir pekan.
Itulah yang saya rasakan sebagai
berkah ramadan kali ini. Tiap orang pasti punya kisah dan pengalaman yang berbeda. Apa hal utama
di bulan ramadan Anda tahun ini?
Tidak ada komentar
Posting Komentar