Hari Minggu lalu saya menikmati seblak pedas
level 2. Memang selama ini saya memiliki asam lambung tinggi, namun selama
pedasnya tidak berlebihan, tidak pernah ada gangguan berarti di lambung. Apesnya setelah
makan seblak itu, malamnya rusuk bagian kiri saya nyeri tidak tertahankan. Perut
kembung, mual dan pusing tentunya.
Saya kunyah obat antasida yang biasanya manjur
meredakan serangan asam lambung, nyatanya tidak mempan. Paginya rasa sakit
menusuk-nusuk
itu makin
parah hingga ketika saya bergerak pun terasa menyiksa sampai BAB sempat
mengeluarkan darah. Hasil diagnosanya, lambung sensitif dan dilarang makan pedas, asam, serta bahan lain yang
memicu gastritis.
Tentu saja saya tidak bisa bekerja, menulis
saja dilarang oleh orang tua. Ya saya memang bandel, meski sedang tidak bekerja, saya ingin tetap menulis sebab ide
di kepala ini butuh dituangkan. Saya mengomel, mengeluh di dalam hati. Kenapa
sih hanya
saya saja yang menderita sakit begini?
Padahal Mama dan Adik juga makan menu yang
sama, dan mereka juga memiliki lambung sensitif, kenapa saya saja yang sakit? Apalagi
karena sakitnya tidak tertahankan, saya tidak sempat ke klinik rujukan untuk
BPJS. Saya langsung ke dokter spesialis agar bisa segera ditangani yang tentunya merogoh kocek
lebih dalam di tanggal tua begini. Kepala saya makin pusing ketika melihat sisa
uang di ATM.
Ternyata saat saya berhenti sejenak, istirahat
tanpa melakukan kegiatan seaktif biasanya, saya menemukan banyak keajaiban yang
termasuk menjawab semua keluhan-keluhan saya.
Source: Adobe Stock |
Soal
Keikhlasan
Saya ini gengsi jika harus meminjam uang dari
orang tua. Semenjak lulus kuliah dan bekerja 2013 lalu, saya memang bertekad
untuk tidak pernah meminta uang dari orang tua lagi, sebisa mungkin saya yang
bisa memberi. Tetapi ketika sakit dan dan mepet lalu, terpaksa saya utarakan
kepada Mama. Jelas saja Mama mau meminjamkan uangnya.
“Nanti waktu gajian tanggal 25 aku balikin,
Ma. Tunggu ya,” ujar saya waktu itu.
Saya belajar ikhlas untuk tidak tinggi hati, meminta bantuan
pada keluarga
di saat kesulitan
itu tidak salah. Pride yang terlalu
tinggi ini yang memang kadang menyulitkan saya sejak dulu. Tidak mau berbagi
kesedihan dan kesusahan pada
orang lain sebab mengira ini akan menambah beban mereka, padahal
jelas saja hal itu tidak baik. Saya harus ikhlas untuk tidak selalu terlihat
kuat dan tangguh, saya harus ikhlas untuk menjadi diri yang ada kalanya rapuh.
Keajaiban berikutnya ketika sedang menunggu
antrean periksa, saya memeriksa sisa dana di ATM lewat SMS Banking, ternyata
ada dana masuk yang sangat lumayan. Jumlahnya pas pula untuk menebus obat-obat
saya yang mencapai setengah juta. Uang dari Mama saya kembalikan, dan saya bersyukur
berkali-kali sampai mata saya basah. Uang itu adalah fee editing buku yang saya kerjakan sebelumnya.
Keikhlasan soal rezeki begitu menyentuh hati
saya. Ketika saya pasrah dan hanya berdoa dalam hati agar dana cukup untuk
berobat, ada rezeki yang datang tidak disangka-sangka. Doa adalah sinyal yang
dibawa oleh hati dan otak saya lewat semesta hingga sampai pada Tuhan. Tidak
ada yang mengalahkan kekuatan doa.
Saying thanks to my life everyday (Unsplash.com: @tata186) |
Soal
Mengumpulkan Tenaga
Terbiasa berlari kencang dari bekerja, menulis
dan berorganisasi mungkin membuat tubuh saya kehilangan energi. Bulan lalu saya
memang begitu fokus memikirkan acara besar untuk komunitas menulis,
ditambah adanya acara ke luar kota untuk pameran buku dan sketsa. Saya begitu
tenggelam dalam euforia sampai lupa jika badan juga butuh rehat.
Saya kira jika sedang dalam mode beristirahat
dan tidak menulis, maka produktivitas akan menurun drastis. Beberapa buku saya
baca ketika sedang cuti bekerja. Laptop saya biarkan tidak menyala. Nyatanya,
banyak ide termaktub di kepala setelah saya membaca beberapa buku. Saya pun
bsia lebih menikmati momen tidur di kamar tanpa ada kejaran deadline. Tenaga pulih perlahan begitu
pula dengan
ide di kepala saya.
Kini kondisi lambung saya memang belum sepenuhnya
membaik, tetapi saya bisa bekerja dan mulai menulis kembali. Saya tuliskan salah satu ide tersebut ke salah satu website, dan
langsung diterima tanpa kurasi terlalu lama. Ini sebuah hadiah istimewa untuk
saya pasca sakit beberapa hari. Ketika berhenti sejenak, saya lebih menghargai hal-hal kecil yang
selama ini terlewati. Kasih sayang keluarga yang terfokus pada kesehatan saya dan juga belajar untuk ikhlas pun saya
peroleh. Tuhan mencintai saya meski saya sedang dalam kondisi lemah, Tuhan
memeluk saya ketika saya hanya bisa pasrah dan sebelumnya penuh keluhan.
Alhamdulillah!
6 komentar
Biasanya kl kita sedang tertimpa musibah baru kita menyadarinya... Gak ada kt terlambat..iklas mmg obat yg mujarab. Btw sy jg pnya asam lambung lmyn prh... Tp msh sk langgar pantangan... Jd sering kumat 😑
Dilatih mbak supaya tidak kambuh. Semoga sehat selalu ya ☺
Dibalik doa yang terniat, ada proses yang membantu dibelakangnya. Coba dilatih pakai pikiran-pikiran positif supaya penyakitnya pergi dengan sendirinya ya.
semoga sehat-sehat selalu ya mbak. harus belajar ikhlas melepas kesenangan makan pedas biar penyakit lambungnya tidak kambuh dan menjadi bertambah parah
makasii advisenya :)
hiks iyaa demi kesehatan :(
Posting Komentar