Seperti biasa saya menjadi tempat curhatan
kawan-kawan yang sedang galau dengan masalah hidupnya. Ada yang masalah
pekerjaan dan mayoritas soal cinta. Saya sadar kebutuhan curhat adalah sebuah
kebutuhan biologis bagi kaum perempuan agar bisa mengosongkan sebagian sampah
di pikiran dan perasaannya. Saya sendiri juga pasti akan mencari kawan dekat
untuk curhat jika sedang dilanda keresahan. Dari banyaknya curhatan itu muncul
rasa miris di pikiran saya. Bersedih adalah hal wajar, namun jika sampai
membuat rasa percaya diri runtuh, galau berbulan-bulan hingga menutup diri dari
segala hal baru rasanya mulut ini gatal ingin berteriak,”Why do you like to be a looser?”
Tiap kali saya memberikan pesan supaya
beberapa orang yang hobinya tenggelam dalam kesedihan sampai ratusan hari itu
supaya memilih bahagia, jawaban yang saya dapatkan hampir seragam.
“Kamu enak, karena kamu nggak ada di posisiku.”
“Kamu itu kan emang cewek yang punya sisi maskulin, makanya nggak cewek-cewek banget kalau lagi ada masalah perasaan.”
Kalau sudah begitu biasanya saya hanya akan
diam lalu bertindak sebagai pendengar saja tanpa memberi pesan apa-apa. Jika orang
yang sama datang lagi beberapa minggu kemudian masih dengan masalah yang sama,
saya akan memberi ketegasan yang contohnya begini,”Kan sudah kubilang tempo
hari, kusaranin kaya gini. Kalau kamu masih menderita karena kamu nggak mau beranjak
dan nendang tuh orang brengsek ya itu salahmu, bukan salah dia.”
(Baca Juga: Karena Saya Tidak Mau Menyerah)
(Baca Juga: Karena Saya Tidak Mau Menyerah)
Rasanya lucu tiap kali mendengar orang yang
menganggap saya jauh dari yang namanya kegalauan dan masalah patah hati. Saya
adalah orang yang mudah cemas. Patah hati berat sudah pernah saya alami dan
jujur waktu itu saya sampai kehilangan semangat untuk beraktivitas apalagi berkarya.
Yang menyembuhkan diri saya adalah curhat pada sahabat dan keluarga, membaca banyak
buku pengembangan diri, mengunjungi tempat-tempat baru lalu mulai banyak
berkarya. Apa yang membuat saya merasa berarti dan saya cintai, pelan-pelan
menghapus rasa sedih itu. Efeknya, orang yang menyakiti sampai mengemis untuk diizinkan
memasuki kehidupan saya kembali dan karena otak saya sudah sepenuhnya waras,
maka permintaan tersebut saya tolak mentah-mentah. Satu hal yang orang itu
katakan adalah.
“Ternyata kamu terlihat jauh lebih bahagia
ketika jauh dari saya.”
Langsung saya bertepuktangan di dalam hati. Well, I never decided to take a revenge, I
chose to move forward step by step. Ketika bersedih dalam hal apapun seharusnya
kita bergerak.
Saat sedih dengan berat badan yang terus naik,
harusnya kita mulai berolahraga serta menjaga pola makan. Ketika kita dikhianati
kekasih atau perasaan kita dipermainkan orang lain, maka cara terbaik adalah
tinggalkan orang brengsek itu. Saat orang-orang di tempat kerja sudah banyak
memfitnah dan tidak menghargai etos kerja kita, maka carilah tempat baru dengan
atmosfer yang lebih baik. Kuncinya adalah bergerak dan berpindah atau kata
lainnya hijrah. Hijrah tak harus selalu berpindah ke tempat jauh. Hijrah adalah sebuah bentuk
untuk melepas keburukan dan memperbaiki diri. (Baca Juga: Happiness is Our Right, Not Only A Choice)
![]() |
Add caption |
Dari sumber bacaan yang saya dapat dan juga pengalaman
para pejuang kehidupan tangguh yang saya kenal, hidup bahagia itu tanggung
jawab kita. Dan menjadi tangguh itu masalah mental.
1.
You may act selfish
Kalau soal
memilih kebahagiaan, kita berhak bersikap egois. Bukan berarti egois di sini
adalah menghalalkan segala cara dan mengambil hak orang lain lho. Bersikap
selfish di sini maksudnya tahu mana yang baik dan buruk untuk diri. Contohnya,
kalau seorang perempuan di-PHP gebetannya yang baru saja kenal, lalu sedih terlalu
dalam, itu bukan salah pria sepenuhnya. Manusia itu punya dua karakter di dalam
hidupnya yaitu menjadi penguji orang lain serta pemberi kebahagiaan buat orang
lain. Kita yang unyu-unyu ini bisa jadi pernah menyakiti hati orang lain meski
tapa disadari.
Hanya saja ada orang-orang yang hatinya terlanjur
mati karena tak mau menerima nasihat hingga bertindak sengaja terus menyakiti
orang-orang di sekitarnya. Kalau sudah begini seharusnya perempuan yang merasa
disakiti, tak perlulah meratap berlama-lama. Sedihlah satu sampai dua hari,
maksimal seminggu. Mulai asah bakat dan belajar banyak hal baru. Masa diri yang cantik dan berharga ini mau
menye-menye hanya untuk laki-laki yang kepribadiannya rendah? Please, know your time to act selfishly when
someone teases you like a sh*t.
2.
Move, Walk, Run
“Masalahnya
aku belum nemu cinta dan pacar baru, mana bisa aku move on?” Sering dengar
keluhan macam begini? Kalau kalimat itu ditelaah dalam-dalam, kesannya yang saya
dapat ialah kebahagiaan itu ditentukan dari kita memiliki pasangan baru atau
tidak. Padahal meskipun punya kekasih baru namun perasaan masih bertahan pada
mantan, masih sering kepo ke media sosialnya, apa tidak kasihan pada kekasih
baru yang tidak tahu menahu soal kepahitan hati kita? Lama-lama tindakan kita
pun berisiko menyakiti pasangan baru. Lingkaran setan tak akan putus.
Ya, tiap orang punya masa berkabungnya sendiri-sendiri. Bahkan di saat sudah menjadi pribadi yang lebih berkilau pun, bisa saja terselip rasa pahit akibat masa lalu yang buruk. Bergeraklah, carilah orang-orang dan kawan baru yang mendorong kita berani bermimpi. Sama dengan saat kita mengeluh bahwa tubuh ini gendut. Carilah cara agar bisa langsing dengan cara sehat. Bergerak, berjalan lalu berlari sampai kita bisa menertawakan masa lalu tanpa mengorbankan perasaan orang lain.
Ya, tiap orang punya masa berkabungnya sendiri-sendiri. Bahkan di saat sudah menjadi pribadi yang lebih berkilau pun, bisa saja terselip rasa pahit akibat masa lalu yang buruk. Bergeraklah, carilah orang-orang dan kawan baru yang mendorong kita berani bermimpi. Sama dengan saat kita mengeluh bahwa tubuh ini gendut. Carilah cara agar bisa langsing dengan cara sehat. Bergerak, berjalan lalu berlari sampai kita bisa menertawakan masa lalu tanpa mengorbankan perasaan orang lain.
3.
Berpegang pada Tuhan
Terdengar
klise memang, namun inilah bentuk kepercayaan tertinggi tiap kali saya mengalami
kesedihan dalam hidup. Saat saya memiliki masalah berat di dalam pekerjaan,
saya terus curhat pada Tuhan sampai menemukan ketenangan. Mulailah saya mencari
pekerjaan baru. Lucunya setelah sempat menolak untuk bekerja di tempat baru,
tenyata Tuhan mengalihkan saya pada tempat itu lagi. Maka berpindahlah saya ke
lingkungan baru dan wajah saya yang terlihat kusam akibat stres mulai
menunjukkan keceriaannya kembali. Sebelum itu saya memang beberapa kali
dipanggil interview di beberapa perusahaan lain namun masih di lingkungan yang
sama dengan tempat kerja baru saya.
Seperti ada
getaran yang saya rasa,”Kayanya aku bakal kerja di sini deh.” Sama dengan
hubungan yang saya gagal di masa lalu. Tuhan sudah memberikan pertanda dan
jawaban dari doa saya. Kami memang tidak cocok dan tidak berjodoh makanya Tuhan
menunjukkan ketidakjujurannya pada saya lewat mimpi. Terkesan lucu ya?
Alhamdulillah, meski bukan kaum religius yang ndakik-ndakik, saya percaya jika Tuhan akan selalu memberikan apa
yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan. Berpegang pada Tuhan akan selalu
menyelamatkan dibanding menggantungkan kebahagiaan pada sesama manusia.
Mental pemenang atau pecundang itu bisa dipilih. Jikalau masih merasa lemah,
maka kita wajib berlatih. Train your
mental state, choose your own happiness!
7 komentar
hmb.. iya sih semua balik ke persepsi kita. kuat gk kita berjuang agar gak jadi pecundang?
Setuju. Terimakasih buat tambahan motivasi diri
yap, yang bisa memilih itu kita sendiri, kalau menyakitkan ya ngapain dipertahankan? :D Move out aja
sama2, terima kasih juga sudah mampir :)
ya ampun jleb banget bacanya..
ayolah cewek2 yang stres karena cinta atau patah hati. pindah donk jangan mau disakiti terus. perbaiki diri dan jadi pemenang.
yap,,ubah diri jadi berkilau sampai mereka yang udah nyakitin bakal nyesel seumur hidup LOL
Oh jadi gitu. Never give up!
Aku nitip link ya kak, kali aja mau blogwalking. https://rifalnurkholiq.blogspot.co.id/2018/04/mengapa-aing-suka-banget-jejepangan.html
Posting Komentar