Di hari Minggu lalu tepatnya tanggal 19 November 2017, FAM Surabaya menyelenggarakan launching 4 buku tunggal dan juga talkshow bertajuk ‘Strategi Memasarkan Buku Indie’ bersama Ma’mun Affany. 4 buku yang dilaunching juga diperkenalkan secara singkat oleh masing-masing penulisnya antara lain; saya yang menulis kumpulan cerpen ‘Perempuan dengan Sayap di Tubuhnya’, Yudha Prima menulis ‘Kun Muhibban’, Suprapno penulis buku ‘Di Batas Waktu’ dan Agus Salim yang menulis ‘Jihad Bil Qalam’.
25 orang yang hadir di event tersebut mengikuti acara dengan asyik. Ma’mun Affany membagikan secara komplit perjalanannya menjadi penulis indie sukses yang bahkan salah satu karyanya sudah diangkat menjadi film di layar lebar. Selama ini buku dari terbitan indie seringkali dipandang sebelah mata, berbeda dengan buku mayor yang selalu dianggap lebih keren.
“Jika ingin cepat terkenal, berkaryalah di penerbit mayor, namun jika ingin mendapatkan keuntungan lebih banyak, maka terbitkan karya secara indie.” Kira-kira seperti itulah pesan dari penulis 9 buku tersebut. Karena jika menjadi penulis mayor, maka potongan pajak yang diterima pasti lebih banyak dibandingkan dengan menerbitkan karya sendiri.
Berlokasi di ruang dongeng Perpustakaan Provinsi Surabaya, penulis jebolan Gontor tersebut menyebutkan salah satu kunci utama mengapa karyanya selalu laris. Walaupun diterbitkan sendiri, seorang penulis indie harus membuat karyanya secara profesional. Jangan asal memilih editor dan juga perhatikan kualitas packaging buku yang akan diterbitkan.
“Penulis harus sabar dalam menjalani prosesnya. Setelah sebuah karya selesai dibuat, penulis harus memikirkan bagaimana desain kover yang tepat dan juga judul apa yang kira-kira menarik pembaca. Idealis dalam berkarya boleh, namun jika ingin karya kita menarik minat banyak pembaca, maka kita harus pintar-pintar memperhatikan target pasar yang ingin dimasuki.
4 penulis FAM Surabaya |
Beberapa tips penting yang dijelaskan oleh Ma’mun Affany supaya buku terbitan indie bisa laris manis antara lain sebagai berikut.
Bersama Mas Ma'mun Affany |
1. Rencanakan target pembaca
Setelah sebuah buku selesai ditulis, penulis wajib memikirkan kira-kira dari usia berapa maka karya tersebut akan menarik perhatian. Ma’mun Affany membagi menjadi empat jenis genre buku dengan masing-masing kekurangan serta kelebihannya. Empat genre buku yang sering dipasarkan di Indonesia adalah buku ilmiah (buku bahan ajar), pengetahuan sekilas, pengetahuan yang menghibur dan hiburan. Usia pembaca dari 15-25 tahun disebut sebagai usia yang paling mudah membelanjakan uang untuk membeli buku favoritnya,”Dan hingga saat ini pasar terbesar dunia perbukuan kita adalah dari genre hiburan yaitu novel. Novel akan selau dicari pembaca apalagi jika sudah menjadi bestseller. Novel akan selalu abadi meski sudah berganti zaman.” Ujar penulis bestseller ‘Kehormatan di Balik Kerudung’ tersebut.
2. Perhatikan momentum
Cerdaslah memilih momentum yang pas saat akan meluncurkan buku. Jika buku kita bernuansa religi, bisa dicoba untuk mempublikasikannya di saat Ramadan. Momentum yang pas, akan mendorong psikologi calon pembaca untuk membeli.
3. Jangan terlalu percaya diri sebelum dites
Tes ini maksudnya, berikan karya yang akan kita terbitkan pada beberapa pembaca untuk dinilai. Kita bisa meminta tolong rekan atau sahabat yang pasti bisa menilai secara kritis, tak hanya sekadar bagus atau jelek. Paling tidak ada 5 orang yang mengatakan baik, maka kita baru bisa menerbitkan karya tersebut. Jika banyak yang menilai itu kurang, jangan terlalu kaku mempertahankan pendapat, maka segeralah memperbaiki atau menulis ulang. Terapkan mindset jika kita menulis untuk pembaca, bukan untuk diri sendiri, sehingga usahakan membuat karya terbaik sesuai dengan saran dan kritik yang diterima dari para pembaca pertama.
4. Judul menarik dan unsur buku profesional
Semua buku karya Ma’mun Affany dibuat tidak asal-asalan. Menurutnya, buku indie yang diedit oleh editor andal, memiliki desain kover dan layout yang menarik serta kualitas cetak layaknya buku mayor, akan menaikkan nilai buku secara tidak langsung. Judul yang baik tidak selalu bombastis, namun menggelitik hati calon pembaca untuk membeli buku kita dan tergerak untuk segera membacanya.
5. Penulis perlu juga belajar marketing dan internet branding
Penulis masa kini tidak boleh berpangku tangan setelah karyanya terbit. Terutama penulis indie. Kita harus belajar membuat cara promosi yang menarik dan juga melek internet branding. Buat buku indie kita memiliki gaung di internet, bisa dengan memperbanyak review di banyak blog atau sering promosi di media sosial.
Inilah beberapa tips bermanfaat yang dibagi Ma’mun Affany dalam sesi talkshownya. Penulis indie juga bisa mendapat rezeki berlimpah jika paham triknya. Tetaplah menulis dan terus berlatih menjadi penulis sekaligus marketer andal untuk karya kita sendiri.
9 komentar
Mantap......
terima kasih sudah mampir :)
Spirit
Wah, menarik! Terima kasih informasinya. Jadi semangat buat nulis terus :)
www.sadawayans.com
Ada alasan lain kenapa orang nerbitin buku indie. Aku dan beberapa teman memilih menerbitkan buku indie bukan karena keuntungan materi. Saat menerbitkan buku secara indie, kami bebas memilih gaya bahasa, sampul buku, dan segala hal. resikonya, capai.
keep your good work :)
pasti :D
mau indie atau major ada plus-minusnya,,yg penting kita tetap mau promosi :)
mantep makasih infonya nih jd terpicu buat nulis buku heheh
Posting Komentar