Judul : Istana
Kaca
Penulis :
Jeannete Walls
Penerjemah :
Ingrid Nimpoeno
Jumlah Halaman :
521 halaman
Tahun Terbit :
Oktober 2013
Penerbit : PT Serambi Ilmu Semesta
Kisah nyata selalu menjadi daya
tarik tersendiri untuk dibukukan. Banyak buku-buku laris di pasaran yang
diangkat dari pengalaman hidup seseorang yang mampu menginspirasi banyak orang.
Novel Istana Kaca karya Jeanette Walls juga memberikan sebuah kisah unik
berdasarkan pengalaman hidupnya mengenai kelaurga yang nyentrik namun cerdas
serta perjuangan panjangnya mencapai kesuksesan dari lingkungan miskin.
Buku ini menngisahkan tentang
keluarga Walls yang memiiki empat orang anak, salah satunya bernama Jeanette. Rex
dan Mary Walls hidup dalam aturan mereka sendiri, bahkan dalam mendidik
anak-anaknyapun, mereka menggunakan cara yang tidak lazim. Keluarga Walls hidup
berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain. Rex Walls tidak pernah bertahan
lama dalam satu pekerjaan, sedangkan Mary Walls adalah seorang wanita penuh
imajinasi yang sangat mencintai dunia seni lukis dan sastra. Mereka berdua
sangat mencintai buku dan ilmu pengetahuan. Lori, Jeanette, Brian dan Maureen
dididik dengan penuh kebebasan tanpa aturan. Rex yang sesungguhnya memiliki
otak cerdas, selalu mendidik anak-anaknya untuk cinta ilmu pengetahuan terutama
di bidang geologi dan fisika. Masa kecil Jeanette dan saudara-saudaranya
dikelilingi dengan buku serta petualangan menarik di alam bebas. Gurun pasir,
binatang melata, makan seadanya adalah beberapa ornamen berkesan yang selalu
terkenang di benak Jeanette.
Gaya mendidik Rex dan Mary Walls dapat menjadi
wacana unik bagi orang tua. Alih-alih membebani anak-anak dengan sistem
pelajaran yang kaku dimana nilai dan peringkat menjadi tolok ukur prestasi,
kedua orang tua nyentrik tersebut mengajarkan pada kita bahwa mengajar
anak-anak dapat dilakukan dengan cara menyenangkan. Anak-anak dibebaskan bermain
untuk mengnal dunianya, namun orang tua menciptakan lingkungan kondusif yang
akrab dengan buku dan ilmu pengetahuan.
Sayangnya, sistem pendidikan yang
unik dan cerdas tersebut tidak diimbangi dengan pembelajaran kematangan pribadi
anak-anak keluarga Walls. Mungkin karena otak yang terlalu cerdas, Rex dan Mary
Walls memilih hidup dengan caranya sendiri serta tidak menaati peraturan. Rex
memanfaatkan kecerdasannya dengan berjudi dan menghasilkan uang banyak dengan
sistem curang ciptaannya. Mary lebih sibuk dengan dunia lukis dan tulisnya,
pekerjaan rumah dan merawat anak sama sekali tidak diperhatikan. Alhasil,
anak-anak keluarga Walls tumbuh menjadi anak-anak yang pemberani sekaligus
sedikit demi sedikit tertekan kondisi psikologisnya.
Bagaimanapun juga dengan
terus-menerus hidup tanpa mengindahkan peraturan membuat keluarga Walls akhirnya
terpuruk juga. Setelah hidup berpindah-pindah karena kondisi keuangan yang
berantakan, keluarga Walls mendapatkan pelajaran hidup terbesarnya di kota
kecil tempat Rex dlahirkan. Welch adalah kota dengan lingkungan keras dan
sering terjadi perkelahaian antar warga, mulai dari anak-anak hingga orang
dewasa. Rex semakin terjerumus dengan penyakit kecanduan alkoholnya, Mary yang
menahbiskan dirinya sebagai pecandu kesenangan, kewalahan mengatur kondisi
keuangannya. Bahkan saat Mary mendapat pekerjaan sebagai pengajar, ia tak mampu
membuat pengaturan keuangan yang efektif dan ujung-ujugnya sebagian besar dana
habis untuk biaya alkohol Rex.
Seiring dengan bertambahnya usia,
Jeanatte menyadari jika keluarganya sudah tidak terselamatkan lagi. Ia mendorong
kakaknya Lori untuk hijrah ke London, sementara itu ia belajar keras di sekolah
sambil bekerja paruh waktu habis-habisan. Jeanette dan saudara-saudaranya harus
rela kelaparan, makan makaan sisa dari tong sampah dan tinggal di rumah tak
layak. Sekali lagi dari sini kita belajar. Seorang anak akan mengalami
perkembangan keewasaan lebih cepat di tengah kehidupan mendesak dan
keterbatasan. Berapa banyak anak-anak jalanan di sekitar kita yang telah
merelakan hidupnya menjadi tulang punggung keluarga.
Sisi lain keluarga Walls yang tak
kalah uniknya adalah rasa empati terhadap lingkungannya. Bagaimana Mary
menekankan pada anak-anaknya untuk tidak mudah menindas anak lain. Tiap anak tidak
ditakdirkan memiliki sifat jahat, cukup tidaknya kasih sayang orangtualah yang
akan menentukan perilaku dan tabiat seorang anak. Jeanette tumbuh menjadi gadis
pekerja keras yang cukup berhasil, Lori dan Brian menemukan pekerjaan impian mereka,
sedangkan Maureen mempelajari banyak hal di usia mudanya.
Novel Istana Kaca adalah novel yang
membuka paradigma menarik mengenai dunia parenting.
Membesarkan anak tidak hanya dibutuhkan sebuah kesiapan materi. Kebebasan yang
kita miliki harus didampingi dengan kesadaran menghargai batasan atau
peraturan. Jadilah diri sendiri tetapi jangan sampai kita menjadi angkuh untuk
membuka hati. Seburuk apapun hidup kita, keluarga adalah tempat ternyaman untuk
pulang. Jangan buat rumah dan hubungan keluarga menjadi rapuh hanya karena
keegoisan pribadi.
Tidak ada komentar
Posting Komentar