Judul :
Keajaiban Memberi, 29 Hari yang Mengubah Hidup untuk Selamanya
Penulis : Cami
Walker
Alih Bahasa :
Rani Moediarta
Jumlah Halaman :
279 halaman
Tahun Terbit :
2010
Penerbit
: PT Gramedia Pustaka Utama
Dapatkah
kita berbuat untuk mengasihi orang lain di saat diri kita butuh dikasihani?
Banyak orang yang menunggu memberikan pemberian dan kasih mereka pada
lingkungan dan sesamanya dalam kondisi sehat atau berkecukupan. Tetapi Cami
Walker, seorang penulis dan pendiri situs www.29Gifts.org,
membuktikan jika memberi yang tulus dalam kondisi merasa kekurangan adalah sebuah
pemberian yang mampu meringankan masalah kita.
Cami
Walker adalah seorang wanita yang aktif, cerdas dan perfeksionis, terserang
penyakit multipel sklerosis (MS) di tengah masa-masa kebahagiaannya. Beberapa
minggu setelah menikah dengan Mark, Cami jatuh sakit dan ternyata penyakit
autoimun MS telah menggerogoti saraf-saraf anggota geraknya. Dari seorang pekerja
keras dengan gaji tinggi dan kehidupan menyenangkan, Cami harus mengalami
fase-fase berat dan menyakitkan tanpa kehidupan normalnya. Depresi yang
diperparah dengan kecanduan obat medis, menambah kesuraman hidup Cami. Bahkan
kasih sayang suaminya, Mark, seolah tidak mampu mengangkatnya dari kesedihan.
Buku
ini menceritakan bgaimana dengan metode memberi secara terus-menerus dalam 29
hari, seseorang bisa bangkit dari rasa kekurangan dan keterpurukan menjadi
lebih baik hidupnya serta merasa lebih kaya. Mbali, seorang ahli pengobatan
spiritual yang telah berkawan dengan Cami, mengajarkan metode tersebut. Cami
menerapkannya selama 29 hari tanpa boleh berhenti, lalu keajaiban-keajaiban
kecil menyambutnya.
Dari
buku biografi yang ditulis oleh Cami ini, kita mendapatkan kisah nyata elok
mengenai permasalahan manusia modern yang semakin jauh dari Tuhan dan
sesamanya. Cami yang semula hanya tenggelam dalam dunianya dan rasa sakitnya,
perlahan belajar membuka diri terhadap kekuatan lebih besar di luar dirinya. Pemberian-pemberian
kecil seperti memberikan koin, pakaian, senyum, hadiah untuk sahabat dan
kerabat, bahkan memberikan waktu yang diberikan secara tulus, membuat perasaan
Cami terangkat dan ajaibnya rasa sakit
akibat MS jauh lebih berkurang dibandingkan sebelumnya.
Cami
menceritakan pengalaman pribadinya, ketika ia berusaha bersikap perfeksionis
dan menolak bantuan orang lain, justru itulah yang membuat siksaan MS terasa
semakin menyakitkan. Yang perlu kita lakukan ketika sedang dilanda cobaan,
cukup ikhlas menerima dan menjalani sesuai ketentuan Tuhan. Setelah kita mampu
menerima kondisi diri secara tulus, kemudian bukalah hati untuk lebih peka
terhadap lingkungan dan sesama. Dengan memberi secara tulus, kita akan merasa
berkelimpahan dan tidak akan merasa kekurangan. Alih-alih menjadi pesakitan
yang ingin dikasihani, justru dengan bersahabat dengan penyakit dan terus
menyebarkan semangat memberi, Cami bisa berjuang dan mulai bekerja sesuai
dengan kemampuannya.
Penyakit
MS menyebabkan kerusakan saraf tulang belakang. Rasa nyeri di sekujur tubuh
hingga ancaman kelumpuhan membuat Cami ngeri. Namun justru dari penyakit itulah
ia menemukan cara untuk mengurangi rasa egoisnya, memperbaiki hubungan dengan
sahabat, keluarga dan suaminya, dan lebih banyak bersyukur dengan rezeki atau
keajaiban sederhana yang elama ini ia abaikan. Metode memberi 29 hari harus
dilakukan berkesinambungan dan tidak boleh terputus, jika terputus maka
kegiatan memberi harus dimulai dari awal.
Buku
ini membuka mata kita, hidup di dunia serba modern dan penuh persaingan rupanya
mulai membekukan didi humanis kita. Rasa kemanusiaan dan kepedulian terhadap
sesama tergantikan menajdi hubungan penuh pamrih dan menghitung untung-rugi.
Dari kisah Cami, kita dapat memetik banyak renungan, bahwa betapa superior dan
cerdasnya manusia, saat sebuah musibah menghantam dan menghabiskan seluruh
kebahagiaannya, barulah manusia tahu jika ada kekuatan lebih besar yang
mengontrol kehidupan.
Kebiasaan
bekerja keras dan mengenyampingkan waktu istirahat dapat mempercepat datangnya
penyakit. Penyakit multipel sklerosis sampai saat ini belum diketahui secara
pasti apa penyebab dan bagaimana cara menyembuhkannya. Penderita harus
terus-menerus menjalani terapi dan mengonsumsi obat untuk memperlambat
kerusakan saraf. Apa yang diajarkan Cami dengan metode memberi 29 hari dan
terus berusaha dilakukan hingga satu tahun lebih itu itu menunjukkan jika
separah penyakit yang kita alami, tetap akan terasa ringan jika hati selalu
damai dan kita tetap menjalani kehidupan tanpa terus menyalahkan diri sendiri.
Cami
menyembuhkan kecanduan obat-obatannya dengan berkumpul sesama pecandu. Membuka
diri dan saling mengobati luka dengan sesama, adalah sebuah pengobatan
sederhana yang lebih banyak membawa dampak. Apakah kita masih sering mengeluh
hari ini? Bagaimanakah kita memandang orang lain yang telah tulus mencintai
kita? Pertanyaan-pertanyaan itu seolah menyindir secara halus. Musibah dan
penyakit mungkin dapat mengurangi kebahagiaan kita, namun kita harus yakin jika
Tuhan selalu memberikan hikmah di baliknya. Memberi dan menerima keajaiban
adalah siklus yang abadi di dunia. Apa yang kita berikan dengan tulus, akan
dibalas oleh Tuhan lebih besar lagi. Sudahkah anda memberi hari ini?
Tidak ada komentar
Posting Komentar