Sebal sekali rasanya ketika melihat rentetan status dan juga
artikel yang dibagikan teman-teman baik yang berbau agama maupun penuh dengan
unsur diskriminasi terhadap perempuan. Bahkan hanya sekadar trend lucu-lucuan berkata ayla view saja bisa membuat beberapa
pihak nyinyir. Apakah ini yang sudah dikatakan merdeka?
Indonesia adalah negara yang sangat unik dan istimewa. Tak
hanya dari ribuan pulau dan laut yang membentang dari Sabang sampai Merauke,
tetapi juga dari keanekaragaman pola berpikirnya. Yang berasal dari suku Jawa
pasti berbeda pola berpikirnya dari saudara tanah Papua. Yang agamanya berbeda
apalagi. Namanya saja sudah berbeda cara beribadah dan apa yang disembah, tentu
saja masing-masing penganut akan sangat yakin dengan apa yang dipercaya.
Di hari kemerdekaan kali ini, gema kebahagiaan dan nafas
perjuangan diunggah lewat media upacara bendera dan juga semangat lewat
lomba-lomba. Berbagai event diselenggarakan dengan embel-embel perayaan kemerdekaan.
Gegap gempita dimana-mana. Namun apakah itu yang dicari?
Para pejuang kemerdekaan, mengorbankan darah, nyawa dan
mengenyampingkan urusan pribadinya demi melawan penjajah. Kita juga sudah tahu
betul bagaimana detik-detik proklamasi yang juga diwarnai ketegangan. Tak
ada yang gratis demi bebas dari belenggu
penjajahan. Nyatanya, di masa sekarang kita terlalu larut dengan kata ‘kemerdekaan’
dan ‘kebebasan’ sampai lupa dengan cara menghargai saudara setanah airnya
sendiri.
Saya pun masih sering alpa dan tak sempurna dalam memaknai
kemerdekaan. Banyak hal yang bisa menjadi tanda jika kita belum sepenuhnya
merdeka.
·
Merasa
sebagai suku dan ras yang paling baik
Masih banyak di antara kita, bahkan saya sendiri akan berkata dalam
hati jika bertemu dengan seseorang dari suku berbeda, tabiat serta ciri fisik yang
mencolok. Hanya karena perbedaan itu, membuat kita mudah memberi mereka julukan
macam-macam. Jika ada teman yang berasal dari Ambon atau Madura, kita bisa dengan
mudahnya meledek logat mereka. Ditambah lagi, selalu merasa jika menjadi suku
paling superior dibanding yang lain. Ledekan macam,”Dasar Jawa, makanya lamban.
Kulitmu item banget, kaya orang Papua. Jangan pelit-pelit, kaya orang Cina. Duh,
kaku banget deh sikapnya, dasar orang Medan.” Sering terdengar dan tanpa sadar
kita pernah melontarkan.
Meskipun dalam balutan bercanda, kita tidak pernah tahu
bagaimana perasaan orang yang kita ledek. Dulu para pejuang kemerdekaan bersatu
tanpa melihat ras dan suku. Ingat dengan perkumpulan pemuda dari Jong Java,
Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon dan banyak perkumpulan pemuda berbeda suku
yang menjadi cikal bakal Sumpah Pemuda? Mereka berasal dari daerah dan adat
istiadat yang beragam namun berjanji
untuk menjunjung persatuan.
Add caption |
·
Omongan
tentang perempuan
Kalau yang ini tak hanya menyindir kaum lelaki di negeri kita,
tetapi juga perempuannya. Bagi lelaki yang masih belum bebas dari budaya
patriarki dan menganggap perempuan sebagai hamba sahaya, maka kecerdasan dan
pendidikan lebih tinggi bisa membuat minder. Muncul meme diskriminatif yang
memicu banyak kontoversi di jagad medsos. Seorang perempuan yang pendidikannya
tinggi digambarkan sulit menikah karena laki-laki takut mendekat. Memang
kecerdasan tak hanya didapat dari bangku kuliah, tetapi jika perempuan dilarang
mengenyam bangku sekolah lagi, dilarang bekerja lagi karena dianggap seharusnya
tak boleh mengungguli pria, bukankah ini sebuah pemenjaraan hak asasi? Perempuan
harus mengutamakan keluarga, namun jika ia memang memiliki passion besar serta gairah untuk berkarya, tak sepatutnya dirinya selalu
dilarang. Menghargai suami tanpa meremehkan, menyeimbangkan peran dalam keluarga
dan pekerjaan, mengenyam pendidikan tanpa membuat diri menjadi tinggi hati adalah
keutamaan yang harus perempuan pegang.
Begitu pula dari kaum perempuan. Yang menjadi full time mother, nyinyir dengan ibu
yang juga berperan sebagai wanita karir. Yang punya pekerjaan bagus di perusahaan,
mengejek perempuan bergelar sarjana yang memilih menjadi ibu rumah tangga tanpa
bekerja. Bahkan paling keterlaluan, hanya karena ibu melahirkan lewat operasi caesar, seorang ibu bisa menulis status
yang sangat menyakitkan. Dipanas-panasi pula dengan ceramah ngawur mengenai ibu
yang memilih operasi caesar berarti
sudah dibisiki jin. Sebegitu lemahnyakah posisi perempuan kita? Apa ini yang
disebut merdeka, jika satu sama lain saling menganggap dirinya sebagai
perempuan paling sempurna?
·
Kebebasan
kebablasan
Merdeka itu memang bebas, namun kebebasan yang bijak tetap
harus bisa dipertanggungjawabkan. Contoh mudahnya adalah bijak menggunakan
medsos. Medsos adalah halaman kehidupan yang mudah diakses orang lain. Tak
pantas jika kita mengumbar keburukan keluarga sendiri, menghina orang lain
secara terang-terangan atau upload foto tak pantas di medsos. Demi mendapatkan like, kita terlalu mengekspos hal-hal
yang sebaiknya tidak perlu diumbar-umbar. Jika ada yang memberi saran atau
kritik membangun, malah bullying yang
didapat.
Yang lebih sering terjadi lagi adalah bebas menafsirkan
sesuatu sampai baper kebablasan. Tak
semua yang diposting teman di media sosial itu menyindir diri kita. Penduduk Indonesia
itu sangat banyak jumlahnya. Ada cerita teman A yang mungkin mirip dengan
cerita teman B. Jangan sedikit-sedikit baper
dengan status orang lain lalu membenci diam-diam. Atau sebaliknya, karena terlalu
iri, lalu stalking medsos seseorang
demi bersiap membangun sekumpulan haters yang mudah dipengaruhi untuk
sama-sama membenci. Jika tak suka dengan postingan seseorang, sebaiknya akunnya
jangan diikuti. Jika benci cukup unfriend.
Saya pun masih perlu banyak belajar. Memerdekakan diri dari
pikiran negatif adalah pekerjaan rumah yang tak mudah, tapi bukan berarti tidak
bisa dilakukan. Jangan menjadi bangsa yang mudah dipecah belah hingga mudah
mencurigai saudaranya sendiri. Tak ada yang lebih rendah dan lebih tinggi. Indonesia itu satu. Perbedaan adalah harmoni yang justru indah
ketika serasi berpadu.
3 komentar
betul sekali aku setuju mas
Saya selalu suka dengan tulisan Mbak Reffi..Saya follow blognya ya Mbak:)
Btw, setuju banget! Berbeda itu malah indah.
bu tira: saya cewek buu haha
mbak dian: monggoo mbaak makasii,
Posting Komentar